Rusia pertimbangkan gunakan senjata nuklir untuk tangkis serangan AS

0
61

Sebuah jurnal kementerian pertahanan Rusia mengungkapkan bahwa negara itu tengah mengembangkan strategi jenis baru dalam mengerahkan senjata nuklir guna melindungi diri dari kemungkinan agresi Amerika Serikat, kata kantor berita RIA pada Kamis.

Artikel itu adalah satu dari rangkaian pernyataan bernada mengajak perang yang dilontarkan oleh para politisi dan komentator Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

Mereka menyatakan jika perlu, Rusia siap mengerahkan persenjataan nuklirnya dalam skala luas.

RIA menyebutkan bahwa artikel yang diterbitkan majalah Voennaya Mysl itu menyimpulkan Amerika Serikat khawatir kehilangan dominasinya di dunia dan untuk itu berencana menyerang Rusia demi melumpuhkan negara ini.

Sebagai jawaban dari keadaan itu, kata RIA, para spesialis Rusia tengah aktif mengembangkan bentuk baru pengerahan secara strategis angkatan bersenjata Rusia, berupa operasi pasukan penangkal strategis.

Menurut RIA, operasi ini bakal mengandalkan penglibatan ofensif dan pertahanan strategis modern, senjata nuklir dan non-nuklir, dengan memanfaatkan teknologi militer terkini.

Rusia, kata artikel itu, harus bisa meyakinkan Amerika Serikat bahwa mereka tak akan bisa melumpuhkan sistem peluru kendali nuklir Rusia dan sekaligus tak akan mampu menangkal serangan balasan.

Kementerian pertahanan Rusia belum menanggapi pertanyaan Reuters soal artikel yang diberitakan lagi oleh RIA ini.

Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu menangguhkan perjanjian pengawasan senjata nuklir dengan sebaliknya menyatakan telah menempatkan sistem strategis baru dalam posisi siap tempur.

Putin juga mengancam untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir.

Meskipun Moskow menyatakan hanya akan menggunakan senjata nuklir jika integritas teritorial Rusia terancam, sekutu-sekutu Putin berulang kali mengisyaratkan bahwa malapetaka sudah dekat.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pekan ini mengatakan pasokan persenjataan Barat untuk Ukraina yang terus mengalir berisiko menciptakan bencana global dan mengulangi ancaman perang nuklir terhadap Ukraina.