Menteri Luar Negeri China Qin Gang pada Selasa (21/2) mengaku “sangat khawatir” konflik Ukraina dapat lepas kendali.
Ia meminta negara-negara tertentu untuk berhenti “menyulut api” seperti yang terlihat dilakukan Amerika Serikat.
Beijing pada tahun lalu menjalin kemitraan “tanpa batas” dengan Moskow.
Mereka menahan diri untuk tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, sementara AS telah memperingatkan konsekuensi jika China memberikan dukungan militer kepada Rusia, yang menurut Beijing tidak dilakukan.
“China sangat khawatir konflik Ukraina akan terus meningkat atau bahkan lepas kendali,” kata Qin dalam pidato di forum yang diadakan di Kementerian Luar Negeri.
“Kami mendesak negara-negara tertentu untuk segera berhenti mengobarkan api,” katanya dalam komentar yang tampaknya diarahkan ke AS.
Ia menambahkan bahwa mereka harus “berhenti membesar-besarkan hari ini Ukraina, besok Taiwan.” “Kami berdiri teguh melawan segala bentuk hegemoni, melawan campur tangan asing dalam urusan China,” tukasnya.
Komentar Qin muncul ketika kantor berita Rusia TASS mengatakan diplomat senior China Wang Yi dijadwalkan tiba di Moskow pada Selasa (21/2).
Komentar tersebut juga muncul menjelang “pidato perdamaian” yang diharapkan akan disampaikan oleh Presiden Xi Jinping pada Jumat (24/2) yang merupakan peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina.
China pada Selasa (21/2) juga merilis sebuah makalah tentang Prakarsa Keamanan Global (GSI), proposal keamanan andalan Xi yang bertujuan untuk menegakkan prinsip “keamanan tak terpisahkan”, sebuah konsep yang didukung Moskow.
Rusia bersikeras bahwa pemerintah Barat menghormati perjanjian 1999 berdasarkan prinsip “keamanan tak terpisahkan” yang menjelaskan tidak ada negara yang dapat memperkuat keamanannya sendiri dengan mengorbankan negara lain.
Pada Senin (20/2), Wang menyerukan penyelesaian yang dinegosiasikan untuk perang Ukraina selama persinggahan di Hungaria.
Washington menempatkan China dan Rusia sebagai ancaman dua negara terbesar terhadap keamanannya.
Xi mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin, menolak tekanan Barat untuk mengisolasi Moskow.