Sebagai satu-satunya senator Amerika Serikat saat ini yang pernah berada di luar angkasa, Mark Kelly mengetahui banyak hal tentang benda-benda yang tidak dapat dijelaskan di angkasa.
Melihat kembali ke masa saat ia masih menjadi penerbang, Kelly, anggota Partai Demokrat dari negara bagian Arizona, pernah melihat balon Mylar terbang di dekat kokpitnya.
Bahkan ketika ia sedang mengemudikan pesawat NASA, ia pernah melihat sebuah objek pada ketinggian sekitar 13.700 meter, jauh lebih tinggi dari pesawat-pesawat komersial yang terbang, yang tidak dapat diidentifikasi dengan penglihatan.
Kelly tidak yakin bahwa dirinya ingin melihat rudal AS menghantam objek-objek seperti itu.
“Saya rasa kami tidak ingin masuk ke bisnis peluncuran AIM-9X, yang harga per rudal mencapai US$400,000,” ujarnya kepada Associated Press merujuk pada rudal udara-ke-udara yang digunakan beberapa minggu lalu untuk menembak jatuh sejumlah objek di angkasa, termasuk balon milik China yang dicurigai sebagai balon mata-mata.
Operasi untuk menembak jatuh balon China dan tiga objek lain di masa damai, yang belum pernah terjadi sebelumnya, oleh pemerintahan Biden, telah menimbulkan pertanyaan baru dan memicu kekhawatiran tentang keamanan wilayah udara Amerika Serikat.
Sebagian anggota parlemen khawatir episode tersebut mengungkap kerentanan AS yang dapat dieksploitasi oleh musuh-musuh asing lainnya.
DPR dan Senat AS telah sama-sama memutuskan dengan suara bulat untuk mengutuk partai politik yang berkuasa di China atas keberadaan balon udara di wilayah Amerika itu, dan sebagian besar mendukung keputusan pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menembak jatuh balon tersebut.
Namun mereka masih memiliki pertanyaan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Senator Jon Tester, anggota Partai Demokrat dari negara bagian Montana yang ditugaskan memimpin penyelidikan tentang bagaimana balon pengintai China itu dapat memasuki wilayah udara Amerika Serikat dan melintasi lokasi-lokasi di mana rudal AS berada, mengatakan ia akan memastikan agar Departemen Pertahanan memiliki dana untuk menyiapkan protokol menghadapi ancaman objek terbang tidak dikenal.
“Kami akan mencari tahu apa yang terjadi dan memastikan agar kami memiliki rencana ke depan untuk mendeteksi dan mengetahui potensi masalah apa yang mungkin ditimbulkan oleh balon ini, dan cara menurunkannya tanpa membuat kita harus mengeluarkan US$400,000,” ujar Tester kepada stasiun televisi Fox News Channel.
Kekhawatiran atas China, yang telah mengkritisi Amerika Serikat karena “reaksi berlebihan,” dan dampak terhadap pesawat-pesawat sipil yang dimiliki anggota kedua partai politik, telah menciptakan potensi tanggapan bipartisan yang kuat di Kongres.
Tetapi anggota-anggota Kongres juga hati-hati supaya tidak perlu menambah lebih banyak anggaran bagi militer.
Amerika Serikat telah menghabiskan lebih dari US$800 miliar setiap tahun untuk program pertahanan, dan mewaspadai rudal yang mahal untuk setiap obyek yang muncul di langit Amerika.
Mark Kelly kini tengah mengerjakan undang-undang yang mengharuskan balon cuaca membawa transponder yang dapat berkomunikasi dengan sistem kontrol lalu lintas udara guna memisahkan balon penelitian dengan objek misterius, di mana “kami tidak tahu benda apa itu, dan kami tidak tahu di mana benda itu berasal.” “Ini akan sangat membantu Departemen Pertahanan untuk dapat memilah apakah ini piranti kajian sipil, balon cuaca, balon NASA, balon yang dioperasi perusahaan swasta, atau yang mungkin merupakan proyek militer Amerika Serikat,” ujar Kelly yang pernah menorehkan catatan sebagai astronaut yang berada di luar angkasa selama 54 hari sebelum kemudian terjun ke dunia politik.
Anggota-anggota Kongres lainnya juga mengajukan serangkaian proposal, termasuk pemeriksaan komprehensif objek udara tidak kenal dan menyelidiki bagaimana militer melacak obyek yang melayang di atas negara.
Presiden Joe Biden mengatakan militer sedang mengembangkan “aturan yang lebih tegas” untuk melacak, memantau, dan berpotensi menembak jatuh objek udara yang tidak dikenal.
Ia membenarkan bahwa langkah menembak jatuh objek seperti itu menimbulkan risiko jarak jauh bagi pesawat-pesawat sipil.