China pada Jumat (10/2) menepis resolusi Kongres AS yang mengutuk Beijing atas dugaan penyusupan balon mata-mata China yang ditembak jatuh di atas perairan AS.
Beijing menyebut resolusi tersebut sebagai tindakan yang”murni manipulasi politik dan berlebihan.” “China sangat tidak puas dengan (resolusi) ini dan dengan tegas menentangnya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning kepada wartawan dalam jumpa pers harian.
“Resolusi Kongres AS murni manipulasi politik dan berlebihan,” kata Mao.
Resolusi tersebut, yang disahkan secara aklamasi pada Kamis (9/2), mengutuk China atas “pelanggaran yang berani” terhadap kedaulatan AS.
Kongres juga menyebut tindakan itu sebagai upaya untuk “menipu masyarakat internasional melalui klaim palsu tentang kampanye pengumpulan intelijennya.” Partai Republik mengkritik pemerintahan Biden karena tidak bertindak lebih cepat untuk menembak jatuh balon.
Namun, anggota parlemen dari kedua partai bersatu dalam pemungutan suara, 419-0.
China bersikeras bahwa benda itu adalah balon cuaca sipil yang telah diterbangkan, tetapi tidak mengatakan siapa pemilik balon itu atau memberikan informasi lainnya.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan China mengatakan menolak panggilan dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin setelah insiden ditembak jatuhnya balon karena AS “tidak menciptakan suasana yang tepat” untuk melakukan dialog dan pertukaran informasi.
Tindakan AS “secara serius melanggar norma-norma internasional dan menjadi preseden yang buruk,” kata juru bicara kementerian Tan Kefei dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan pada Kamis (10/2) malam.
“Pendekatan yang tidak bertanggung jawab dan sangat salah oleh AS ini tidak menciptakan suasana yang tepat untuk dialog dan pertukaran antara kedua militer, China tidak menerima usulan AS untuk panggilan telepon antara dua menteri pertahanan,” kata Tan.
Tan menambahkan China “berhak menggunakan sarana yang diperlukan untuk menghadapi situasi serupa.” Setelah awalnya mengaku “penyesalan” atas insiden tersebut, sikap China berubah mengeras dalam beberapa hari terakhir.
Hal itu dipicu oleh aksi Biro Investigasi Federal AS (FBI) yang mengumpulkan puing-puing balon dari lokasi jatuhnya di perairan teritorial AS di lepas pantai Carolina Selatan dan mengirimkannya ke laboratorium FBI di Quantico, Virginia, untuk investigasi.
Beijing mengatakan AS “bereaksi berlebihan” dengan menembak jatuh balon cuaca itu.
Kementerian Luar Negeri menyebut tindakan tersebut “tidak bertanggung jawab” dan menyebut klaim AS bahwa itu memata-matai “bagian dari perang informasi pihak AS melawan China.” Pentagon mengatakan Menhan Austin pada Sabtu (6/2) telah berusaha membahas masalah balon tersebut dengan mitranya dari China, Wei Fenghe.
Namun, usulan tersebut ditolak Beijing.
AS dengan tegas menentang klaim China.
Washington mengatakan bahwa citra balon yang dikumpulkan oleh pesawat mata-mata U-2 AS saat melintasi negara itu menunjukkan bahwa ia “mampu melakukan pengumpulan intelijen sinyal” dengan banyak antena dan peralatan lain yang dirancang untuk mengunggah informasi sensitif dan panel surya untuk menyalakannya.
AS mengatakan balon itu adalah bagian dari program pengawasan udara massif yang menargetkan lebih dari 40 negara di bawah arahan Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army/PLA).
Balon serupa telah mengudara di lima benua.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan AS memiliki keyakinan bahwa produsen balon tersebut memiliki “hubungan langsung dengan militer China dan merupakan vendor yang disetujui” tentara.
Pejabat itu mengutip portal pengadaan PLA resmi sebagai bukti.
Informasi publik menunjukkan beberapa perusahaan China telah mengembangkan balon untuk penggunaan militer, dengan beberapa secara terbuka menggembar-gemborkan hubungan mereka dengan PLA, mengiklankan kapal udara yang dilengkapi dengan peralatan pengawasan dan komunikasi.
Ukuran balon berteknologi tinggi seperti itu seringkali jauh lebih besar daripada balon udara panas yang digunakan untuk tujuan rekreasi.
Yang ditembak jatuh oleh AS memilik tinggi 60 meter.
Balon telah digunakan dalam perang selama berabad-abad.
Prancis menggunakan balon untuk melihat pergerakan pasukan musuh sejak akhir 1700-an, seperti yang dilakukan para tentara selama Perang Saudara Amerika.
Pada 1956, otoritas China mencegat balon mata-mata Amerika dan memamerkan sisa-sisa balon-balon tersebut di sebuah pameran di Beijing.
China menuduh AS melanggar wilayah udara mereka.