Presiden AS Joe Biden memancarkan rasa optimisme tentang ekonomi AS dalam pidato kenegaraannya, Selasa (7/2).
“Di sini, di dalam negeri, inflasi turun.
Di sini, harga gas rumahan turun satu dolar lima puluh sen dari harga tertingginya, ujar Joe Biden.
Tetapi para ahli ekonomi mengatakan ada tantangan ekonomi saat dia memasuki tahun ketiga masa jabatannya.
Mereka terus mengkhawatirkan ekonomi AS, seperti disampaikan oleh Dan Geltrude, profesor akuntansi dan keuangan di Montclair State University, New Jersey.
“Sebagaian orang akan berpendapat kita sudah dalam resesi karena produksi kita benar-benar menurun,” jelasnya.
Pengangguran di AS mencapai 3,4 persen, terendah sejak 1969, PDB meningkat sekitar tiga persen selama kuartal ketiga dan keempat tahun 2022, dan inflasi AS mereda selama paruh terakhir tahun 2022.
Namun secara keseluruhan, tahun 2022 mencatat inflasi rata-rata tertinggi dalam lebih dari 40 tahun, dan masih ada beberapa masalah rantai pasokan yang belum teratasi.
Menurut laporan Dana Moneter Internasional baru-baru ini, ekonomi AS diperkirakan akan melambat tetapi nyaris mengalami resesi.
Ekonom lain mengatakan AS berada dalam apa yang disebut resesi dangkal dan berumur pendek.
Sementara AS menawarkan insentif baru untuk manufaktur dalam negeri, langkah itu juga menghadapi banyak tantangan.
Para anggota kongres AS juga berada sedang bernegosiasi untuk menaikkan plafon utang negara.
Hail dari negosiasi itu akan berdampak pasti pada ekonomi AS pada tahun mendatang.