WTI merayap lebih rendah setelah menguji tertinggi mingguan di sekitar $78,80 dan turun menuju area $77,70 pada hari Kamis di tengah pembicaraan Fed lebih lanjut yang hawkish mendorong kembali komentar Ketua Fed Powell pada hari Selasa. Selain itu, spekulasi kerusakan infrastruktur minyak menyusul gempa bumi di Turki dan Suriah memudar, yang tetap utuh. Pada saat penulisan, Jumat (10/02/2023) 04:00 WIB, WTI diperdagangkan di $77,63 per barel.
Kekhawatiran tentang gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah pada awal minggu, yang telah menewaskan lebih dari 19.000 orang, menjadi penarik harga minyak mentah AS di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kerusakan jaringan pipa dan infrastruktur minyak. Meskipun terhenti selama beberapa hari, sumber yang dikutip oleh Reuters mengatakan, “Kami tidak akan kehilangan pasokan itu selama yang kami kira.”
Faktor tambahan yang menggerogoti harga minyak adalah laporan pekerjaan yang menakjubkan di Amerika Serikat (AS), membuat investor gelisah di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan terus memperketat kondisi moneter secara agresif ke ekonomi yang sudah melambat.
Sementara itu, prospek permintaan yang kuat dari China, di tengah pelonggaran tindakan Covid-19, mendukung harga WTI, karena laporan menunjukkan bahwa konsumsi minyak China akan meningkatkan produksi minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari.
Alhasil WTI menghentikan kenaikan tiga hari berturut-turut, setelah memuncak di sekitar EMA 50 hari di $78,69, memperburuk penurunan ke EMA 20 hari di $77,71.
Secara teknis, harga WTI tampaknya telah mencapai puncaknya di sekitar EMA 50 hari selama minggu ini. Meskipun minyak mencetak hanging man, sinyal bearish, minyak juga sedang dalam proses membentuk pola candle engulfing bearish, yang akan memicu reaksi penurunan yang lebih kuat yang dapat menurunkan harga.
Oleh karena itu, support pertama WTI adalah $77,00 PB. Pelanggaran yang terakhir dan harga minyak akan mengarah ke terendah harian 7 Februari di $74,40, di depan terendah mingguan di $72,30.
