BioNTech, perusahaan yang didirikan para imigran Jerman keturunan Turki dan dikenal dengan produksi vaksin COVID-19, pada Jumat (23/12) mengumumkan bahwa pihaknya mulai melakukan uji klinis vaksin malaria.
Uji coba tahap 1 vaksin BNT165b1 akan melibatkan sekitar 60 partisipan sehat, yang belum pernah terinfeksi malaria, di sejumlah lokasi di seluruh Amerika Serikat, kata perusahaan melalui pernyataan.
Partisipan akan diujicoba pada tiga level dosis berbeda, menurut pernyataan itu.
Pendiri BioNTech Ozlem Tureci menggarisbawahi bahwa tujuan pengembangan vaksin berbasis-mRNA adalah agar dapat membantu orang mencegah malaria dan risiko kematian.
“Inisiasi uji coba menjadi tonggak penting dalam upaya kami membantu mengatasi penyakit dengan kebutuhan medis tinggi yang belum terpenuhi,” ujarnya.
Menurut pernyataan tersebut, program vaksin malaria bertujuan untuk mengembangkan vaksin mRNA yang sangat efektif dan dapat diterima dengan baik, dengan imunitas perlindungan yang tahan lama untuk mencegah infeksi malaria tahap darah.
Vaksin itu pada akhirnya akan dipasok ke seluruh benua Afrika.
“Pembuatan kontainer untuk BioNTech pertama di Eropa sudah rampung dan kini sedang disiapkan pengiriman untuk ke Kigali, Rwanda, yang diperkirakan akan tiba pada kuartal pertama 2023,” katanya.
Pihak perusahaan mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa ada lebih dari 247 juta kasus malaria dan 619.000 kematian karena penyakit itu selama 2021, mayoritas di sub-Sahara Afrika.WHO hentikan obat Malaria dalam uji coba COVID-19