JAVAFX– Harga minyak membaik lagi pada perdagangan minyak jelang sore hari ini sebagai bentuk aksi buyback setelah dalam beberapa hari perdagangan mengalami tekanan di mana kali ini ada bantuan atas melemahnya dolar AS berkat tensi AS-China yang tegang.
Kondisi dolar AS yang melemah di perdagangan kali ini memang akan selalu mendukung bagi sisi harga minyak untuk positif, di mana daya beli pedagang minyak ketika dolar AS melemah akan lebih tinggi, sehingga harga minyak terlihat lebih murah daripada ketika dolar AS menguat seperti semalam.
Namun penguatan minyak masih terbatas dengan bayang-bayang perang dagang di mana masalah perang dagang di antara AS dengan China akan membawa duka bagi harga minyak. Kondisi perang dagang tersebut ditakutkan bisa mengurangi konsumsi minyak China yang merupakan importir minyak terbesar di dunia sehingga dikhawatirkan akan ada penumpukan pasokan kembali.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,30 atau 0,46% di level $65,24 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,42 atau 0,61% di harga $69,76 per barel.
Dukungan terhadap penguatan harga minyak setelah akhir pekan lalu Baker Hughes melaporkan bahwa terdapat 7 kilang minyak AS telah di-nonaktifkan kembali sehingga jumlah total kilang minyak AS yang aktif berjumlah 797 rig. Kondisi ini tentu menimbulkan preseden bahwa produksi minyak AS akan mengalami penurunan di minggu ini.
Seperti kita ketahui bahwa EIA atau Energy Information Administration pekan lalu menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS mengalami peningkatan sebesar 1,6 juta barel dan ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap konsumsi minyak masih cukup besar meskipun musim dingin di belahan Utara bumi sudah mulai berakhir. Sedangkan produksi minyak AS mengalami kenaikan lagi dan tercatat sekarang di angka 10,43 juta bph, menandakan bahwa konsumsi energi di AS masih cukup tinggi meski musim dingin sudah mulai terlewatkan dan akan melewati angka produksi Rusia 11 juta bph di tahun depan.
Situasi tingginya produksi minyak AS makin mengkhwatirkan OPEC dan Rusia yang sedang membatasi pasokan minyak dunia 1,8 juta bph sejak tahun lalu. Kondisi ini membuat Putera Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman menyatakan bahwa pihaknya bersama Rusia dan negara produsen lainnya non-OPEC untuk segera bertemu untuk membahas perpanjangan pembatasan pasokan minyak tersebut, yang sebelumnya berlaku hingga akhir tahun ini untuk diperpanjang sepanjang tahun 2019 nanti.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC