Buku Mike Pence So Help Me God, Paparkan Perpisahannya dengan Trump

0
69

Mantan wakil presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence menyalahkan Donald Trump karena membahayakan keluarganya, “dan semua yang bertugas di Capitol Hill” pada 6 Januari 2021.

Hal ini tertuang dalam sebuah buku memoir baru yang dirilis pada Selasa (15/11).

Dalam buku berjudul “So Help Me God” itu, Pence untuk pertama kali menceritakan dengan kata-katanya sendiri mengenai upaya luar biasa mantan presiden Partai Republik itu untuk mendorongnya membatalkan hasil pemilu tahun 2020.

Ia juga berbagi cerita tentang hari di mana ribuan perusuh menyerbu gedung Kongres, di mana sebagian di antaranya bahkan menyanyikan “Hang Mike Pence” (“Gantung Mike Pence.red).

“Mereka datang untuk memprotes hasil pemilu dan mencegah Kongres memenuhi tanggung jawabnya untuk membuka dan menghitung suara electoral college,” tulis Pence seraya menambahkan “dan seperti yang kemudian diketahui, banyak di antara mereka yang datang untuk mencari saya.” Buku ini menelusuri kehidupan Pence dalam dunia politik, dari mulai menjabat sebagai koordinator pemuda di Partai Demokrat lokal, hingga menyaksikan bagaimana wakil presiden Al Gore ketika itu mengakui kekalahannya dalam pemilu, hanya beberapa hari setelah Pence dilantik menjadi anggota Kongres.

Sebagian besar isi buku itu membela Trump, dengan mengabaikan dan menutupi sejumlah peristiwa paling kontroversial.

Pence: “Saya Selalu Setiap pada Trump,” Tetapi… “Saya selalu setia kepada Presiden Trump,” inilah kalimat pertama dalam buku itu.

Namun, Pence yang selama bertahun-tahun menolak untuk mengkritik bos lamanya secara terbuka, menjelaskan bahwa tanggal 6 Januari 2021 adalah titik puncak di mana menurutnya “kata-kata Trump yang ceroboh telah membahayakan keluarga saya, dan semua yang bertugas di Capitol Hill.” “Selama empat tahun kami memiliki hubungan kerja erat.

Namun itu tidak berakhir dengan baik,” tulis Pence tentang masa yang dihabiskan di Gedung Putih.

Ia menambahkan, “kami berpisah secara damai ketika pelayanan kami pada negara hampir berakhir.

Di bulan-bulan berikutnya kami berbicara dari waktu ke waktu, tetapi ketika presiden kembali ke retorika yang digunakannya sebelum hari tragis itu dan mulai secara terbuka mengecam keras kami yang membela konstitusi, saya memutuskan bahwa yang terbaik adalah berpisah jalan.” Pence Paparkan Apa yang Dialaminya Saat Kongres Diserbu Buku ini diterbitkan oleh Simon & Schuster di saat Pence tampaknya semakin berpeluang mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024, langkah yang dapat membuatnya berkonflik langsung dengan Trump, yang akan secara resmi meluncurkan kampanye pemilihannya kembali di Florida pada Selasa malam.

Dalam buku itu Pence tidak pernah secara langsung menyatakan bahwa Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat memenangkan pemilu secara adil.

Ia mengatakan bahwa ketika Trump pertama kali menyarankan untuk melangsungkan rapat umum di Washington DC pada 6 Januari 2021, hari di mana Pence ditetapkan untuk memimpin sidang sertifikasi pemilih.

Ia sempat mengira ini ide bagus.

“Pikiran pertama saya adalah pawai hari itu mungkin berguna sebagai cara untuk menarik lebih banyak perhatian pada proses di DPR dan Senat,” tulisnya.

Sebaliknya, Pence menggambarkan bagaimana ia sedang memimpin sertifikasi itu ketika anggota-anggota Senat, yang membungkukkan badan karena khawatir terkena sesuatu, memberitahunya bahwa para perusuh telah merangsek gedung itu; sementara seorang anggota Secret Service bergegas membawanya pergi.

Pence menolak untuk meninggalkan gedung itu.

Ia akhirnya di bawa ke sebuah ruang antar-muat Senat di mana selama berjam-jam ia – yang dikelilingi staf dan anggota keluarganya – menelepon para pemimpin militer dan Kongres untuk mengoordinasikan tanggapan pemerintah.

Sementara Presiden Trump ketika itu duduk menyendiri, menonton televisi, tanpa pernah terpikir untuk mengetahui kondisi keamanan Pence.

“Di sekeliling saya terlihat gerakan dan kekacauan, petugas keamanan dan polisi mengarahkan orang-orang ke tempat yang aman, sejumlah staf berteriak dan berlari mencari perlindungan.

Saya melihat kekuatan di mata anggota-anggota Secret Service, juga dalam suara polisi Capitol Hill.

Saya bisa mendengar langkah kaki dan nyanyian kemarahan,” tulis Pence.

Pence : “Saya Tidak Takut, Saya Marah” Pence bersikeras bahwa ia “tidak merasa takut,” hanya sangat marah pada apa yang sedang terjadi.

Pada pukul 14.24 WIB waktu setempat, saat Pence bersembunyi, Trump memasang cuitan yang kemudian menjadi sangat terkenal di Twitter, yang mengatakan Pence “tidak memiliki keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan, untuk melindungi Negara dan Konstitusi kita.” “Saya hanya menggelengkan kepala,” jawab Pence.

“Yang sebenarnya terjadi adalah – lepas dari soal betapa sembrononya cuitan Presiden – saya benar-benar tidak punya waktu untuk itu.

Para perusuh sedang mengobrak-abrik Capitol Hill… Presiden telah memutuskan untuk menjadi bagian dari masalah.

Saya bertekad untuk menjadi bagian dari solusi.

Saya mengabaikan cuitan itu dan kembali bekerja.” Pence juga menggambarkan kampanye Trump untuk menekannya supaya menolak hasil pemilu dengan menolak hasil electoral college, atau mengembalikannya ke negara-negara bagian; meskipun konstitusi menegaskan bahwa peran wakil presiden adalah murni seremonial semata.

Saran pada Trump di Dua Kesempatan Makan Siang Saat makan siang pada 16 November 2020, Pence mengatakan ia memberitahu Trump bahwa “jika tantangan (gugatan hukum.red) tidak kunjung selesai, dan jika ia tidak mau mengakui hasil pemilu, ia bisa saja menerima masih pemilu, melakukan transisi dan memulai kebangkitan politik dengan memenangkan pemilu Senat di Georgia, pemilu gubernur di Virginia pada tahun 2021, dan pemilu paruh waktu untuk DPR dan Senat pada tahun 2022.” “Saya mengatakan itu semua dapat dicapai, ia dapat kembali mencalonkan diri sebagai presiden tahun 2024 dan menang,” tulis Pence.

“ (Tetapi) ia sepertinya tidak tergerak, lelah, dengan prospek itu.” “Saya tidak tahu, tahun 2024 sepertinya masih sangat jauh,” tulis Pence mengutip Trump, “sebelum akhirnya ia kembali pada status tantangan hukum pemilu di berbagai negara bagian.” Dalam sebuah acara makan siang lainnya, Pence mengatakan ia mendorong Trump “untuk tidak melihat hasil pemilu itu sebagai kekalahan – hanya jeda,” dan mengatakan jika ia (Trump.red) “masih kalah” setelah setiap opsi hukum yang melelahkan itu, Trump seharusnya “mengalah” dan kemudian bertarung lagi.

“Ia mengangguk, menunjuk saya dan mengatakan ‘itu patut dipertimbangkan,’ dan berjalan kembali ke lorong belakang,” tulis Pence.

Namun, kegagalan tuntutan-tuntutan hukum itu membuat suasana hati Trump menjadi gelap dan ia menjadi semakin marah, tulis Pence.

Pence mengatakan Trump memarahinya, mengatakan kepadanya “kamu terlalu jujur,” dan meramalkan bahwa “ratusan ribu orang akan membencimu” dan “orang akan mengira kamu bodoh.” “Seiring berlalunya waktu, menjadi jelas bahwa akan ada kerugian nyata bagi saya secara politis ketika saya memimpin sertifikasi hasil pemilu tahun 2020,” tulis Pence.

“Saya selalu tahu bahwa saya tidak memiliki wewenang untuk membatalkan pemilu itu.

Saya tahu akan menyakitkan bagi teman saya jika saya berpartisipasi dalam sertifikasi.

Tetapi tugas saya jelas.” Pence pada Trump : “Berdoalah PadaNya” Setelah Capitol Hill dibersihkan dari para perusuh, Kongres kembali bersidang dan Pence memimpin sertifikasi kekalahannya dan Trump.

Selama beberapa hari kedua tokoh itu tidak berbicara.

Namun, ketika mereka akhirnya bertemu lima hari kemudian, Pence mengatakan mereka menghabiskan waktu lebih dari 90 menit bersama, sendirian.

“Saya mengatakan kepadanya bahwa saya telah berdoa untuknya selama 4,5 tahun terakhir ini dan mendorongnya untuk juga berdoa,” ujar Pence kepada Trump.

“Yesus dapat membantu Anda melewati hal ini,” ujarnya.

“Berdoalah padaNya.

Tetapi Trump tidak mengatakan apa-apa.” “Dengan kesedihan yang tulus dalam suaranya, presiden merenung dan mengatakan bagaimana jika kita ketika itu tidak melangsungkan rapat umum?” Bagaimana jika mereka tidak pergi ke Capitol?” Lalu ia mengatakan “terlalu mengerikan untuk berakhir seperti ini.”