Emas Tertekan Jelang BoJ Meeting

0
176

JAVAFX – Emas tertekan jelang BoJ meeting pagi hari nanti setelah data ekonomi AS yang masih handal mengantar kenaikan suku bunga the Fed lebih lanjut.

Pelemahan emas masih berlanjut setelah Fed meeting dan membaiknya klaim pengangguran AS. Harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $20,40 atau 1,60% di level $1255,50 per troy ounce. Untuk harga perak kontrak Juli di Comex menguat $0,42 atau 2,43% di level $16,72 per troy ounce.

Dalam rapat terakhirnya, The Fed memastikan pasar global bahwa suku bunganya akan naik sekali lagi di tahun ini dan 3 kali di 2018, disertai upaya bahwa defisit neraca besar AS juga akan dikurangi. Sebuah hal yang kontradiksi dimana kenaikan suku bunga biasanya membawa dampak defisit pendapatan dan menambah beban pengeluaran.

Namun menjadi catatan selipan bahwa Yellen sangat yakin pasar tenaga kerja AS masih ketat dan percaya bahwa target inflasi 2% dapat tercapai selama pasar tenaga kerja seperti sekarang ini. Ini terbukti setelah data klaim pengangguran masih dibawah angka 250 ribu orang, dan dibantu juga oleh aktivitas sektor industri yang mulai menampakkan kenaikannya.

Rencana the Fed dalam mengatasi masalah defisit neracanya masih akan menjadi sorotan bagi emas hari ini, mengingat kebijakan mengurangi defisit tersebut dapat diartikan bahwa sisi proteksi impor barang dan pengurangan pembeliaan cadangan emas dapat terjadi, sehingga hal ini tidak bersahabat terhadap emas itu sendiri.

Sektor perumahan AS masih akan menjadi fokus hari ini, bila membaik maka dapat diartikan ekonomi AS akan baik-baik saja.

Sedangkan pada perdagangan Jumat akhir pekan ini nampaknya dolar AS masih bersemangat untuk menekan mata uang utama dunia, sekaligus melanjutkan sisi negatif pergerakan emas dengan dukungan the Fed yang akan menaikkan suku bunganya lebih lanjut dan terlihat akan membaiknya data sektor perumahan AS nanti malam.

Pada perdagangan sebelumnya, pergerakan mata uang utama dunia sangat fluktuatif dan berhasil ditenangkan oleh rencana the Fed dan membaiknya beberapa fundamental ekonomi AS. EURUSD ditutup melemah di level 1,1145, GBPUSD ditutup menguat tipis di level 1,2754, AUDUSD ditutup melemah di level 0,7578 dan USDJPY ditutup menguat di level 110,94.

Sejauh ini, dolar AS masih menjadi mata uang mayoritas dunia yang terus menekan mata uang utama dunia lainnya, kecuali ke dolar Australia dan pound sterling, pasca FOMC meeting kemarin dengan hasil suku bunga menjadi 1,25% dan dapat dipastikan akan menjadi 1,50% di tahun ini serta data klaim pengangguran AS yang menurun lagi menandakan sektor tenaga kerja AS masih tetap ketat.

Pernyataan Janet Yellen yang menyebutkan situasi tenaga kerja masih ketat merupakan sinyal bagi investor bahwa kondisi ekonomi AS baik-baik saja, dan semalam ucapan Yellen terbukti dengan menurunnya klaim pengangguran mingguannya.

Masalah defisit neraca besar AS, nampaknya akan berjalan efektif ketika Trumponomics mulai dilaksanakan satu persatu, yaitu seperti pembatasan impor atau mengenakan biaya tambahan bagi impor barang AS, atau bisa seperti melakukan kegiatan pembangunan yang lebih ekspansif serta perlahan-lahan mengurangi pajak demi menarik simpati investor luar. Kesemua agenda tersebut belum berjalan karena pemerintahan Trump sedang sibuk dengan hak angket yang dikenakan kepada Trump dalam menghadapi tuduhan kecurangan pemilu presiden tahun lalu.

Fokus yen yaitu melihat rapat suku bunga Bank of Japan, dapat dipastikan BoJ tak akan merubahnya, bila ini terjadi maka yen dapat mengalami tekanan. Pasar sebetulnya akan melihat apakah stimulus ¥80 trilyun tersebut dikurangi atau malah ditambah. Bila ditambah maka yen bisa tertekan.

Fokus mata uang Inggris, pound sterling sendiri nampak sedang tidak bergairah, setelah Bank of England kemarin tidak merubah kebijakan suku bunga dan paket stimulusnya karena sangat khawatir dengan laju inflasi yang tumbuh cepat tetapi tidak diimbangi belanja konsumen yang terus menurun. Bank sentral Inggris sendiri masih kuatir dengan masalah Brexit yang aka mulai dirundingkan bersama parlemen Uni Eropa di Senen depan.

Euro berharap banyak dengan laporan inflasinya hari ini, namun tensi ancaman gagal bayar di beberapa negara anggotany membuat investor masih enggan melanjutkan sisi beli euro. Potensi buyback di dolar Australia juga masih cukup berat mengingat harga komoditi masih terus mengalami kondisi short-selling.

Sumber berita: Reuters, Marketwatch, Investing
Sumber gambar: SeekingAlpha