Strategi Pertahanan Nasional AS: China Tetap Ancaman Utama

0
103

China tetap menjadi tantangan utama bagi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat, sementara Rusia tetap menjadi ancaman “akut” karena melanjutkan perang brutalnya di Ukraina, demikian isi Strategi Pertahanan Nasional yang baru saja diterbitkan Pentagon.

“[Republik Rakyat China] merupakan satu-satunya pesaing di luar sana yang memiliki niat untuk menyusun kembali tatanan dunia dan kekuatan yang semakin meningkat untuk mewujudkannya,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin kepada wartawan pada Kamis (27/10) di Pentagon.

Salah seorang pejabat pertahanan senior, yang berbicara kepada wartawan secara anonim untuk membahas strategi pertahanan baru AS, mengatakan bahwa China terus meningkatkan “kemampuannya untuk menantang AS secara sistematis di segala bidang, baik militer, ekonomi, teknologi, maupun diplomatik.” “Tantangan China,” seperti yang disebut Austin, telah mendorong peningkatan kemampuan pertahanan di semua domain perang, terutama ruang angkasa dan dunia maya, untuk memberikan pesan yang jelas kepada musuh potensial Amerika bahwa “ongkos yang harus dibayar atas agresi terhadap AS maupun sekutu dan mitra kami, jauh lebih besar dari pada keuntungan yang bisa dibayangkan.” Laporan strategi pertahanan yang tidak dirahasiakan itu terbit ketika baik China maupun Rusia meningkatkan eskalasi agresi terhadap negara tetangga mereka masing-masing.

China berulang kali mengancam akan mengambil alih Taiwan, bahkan dengan paksa bila perlu, sementara Rusia menginvasi Ukraina sejak Februari dan terus menyerang kota-kota Ukraina dengan rudal dan bahkan pesawat nirawak kamikaze buatan Iran.

Versi rahasia dari laporan tersebut telah diserahkan kepada Kongres awal tahun ini.

Pejabat pertahanan senior lainnya, yang juga berbicara kepada wartawan secara anonim, mengatakan bahwa senjata nuklir akan terus menjadi “dasar” pencegahan militer AS.

Menurut pejabat itu, strategi pertahanan yang baru menggambarkan bagaimana AS kini menghadapi dua pesaing utama bersenjatakan nuklir di Rusia dan China.

“Kemampuan non-nuklir lain berpotensi melengkapinya, namun tidak dapat menggantikan pencegahan nuklir dalam beberapa kondisi,” kata pejabat tersebut.