Sekjen PBB minta G20 arahkan pemulihan ekonomi global

0
65

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres meminta Kelompok 20 (G20) mengubah arah dan mengarahkan pemulihan ekonomi global.

“Saat ini, G20 berada di persimpangan jalan.

G20 dapat maju dengan status quo atau dapat mengambil jalan baru untuk mengarahkan pemulihan ekonomi global untuk semua pihak.

Saya percaya jalan baru adalah pilihan yang tepat,” kata Guterres dalam sebuah surat kepada para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 yang dirilis Kamis (13/10).

Oleh karena itu, sistem dan mitra PBB mengusulkan Stimulus Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk mengatasi kondisi pasar yang memburuk dan mempercepat kemajuan guna mencapai SDGs.

Stimulus SDGs menyerukan peningkatan secara masif dalam komitmen sektor publik terhadap pembangunan, mitigasi, dan adaptasi kemanusiaan serta iklim sebesar 2 persen saja dari produk domestik bruto (PDB) global, tulisnya dalam surat yang ditulis pada Rabu (12/10) tersebut.

“Saya meminta para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 untuk memperkuat stimulus SDG guna memastikan bahwa negara-negara di semua tingkat pembangunan dapat merespons tantangan langsung dan tantangan jangka panjang,” katanya.

Guterres mencatat stimulus SDG terdiri atas lima rekomendasi, yakni segera meningkatkan keringanan utang bagi negara-negara rentan, meningkatkan pinjaman dari bank pembangunan multilateral dan bank pembangunan publik guna mendukung SDG, melibatkan pemegang obligasi swasta dan debitur pemerintah dalam upaya pengurangan utang, secara struktural meningkatkan dukungan likuiditas bagi negara-negara rentan melalui peningkatan penggunaan Hak Penarikan Khusus, serta menyelaraskan aliran keuangan dengan SDG dan Perjanjian Paris.

“Saat ini, kepemimpinan G20 sangat diperlukan dari sebelumnya untuk mengarahkan dunia keluar dari krisis terdalamnya.

Saya berharap dapat bekerja sama dengan G20 untuk mengembangkan strategi bersama guna memajukan rekomendasi Stimulus SDG,” ujar Antonio Guterres.