Harga minyak melonjak didorong ekspektasi pengurangan produksi OPEC

0
71
Pressure safety valve, Relief valve at suction and discharge of gas turbine compressor to protect piping system from over pressure.

Harga minyak melonjak sekitar empat dolar pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena OPEC+ mempertimbangkan untuk mengurangi produksi lebih dari satu juta barel per hari (bph) untuk menopang harga dengan apa yang akan menjadi pemotongan terbesar sejak dimulainya pandemi COVID-19.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November terangkat 4,14 dolar AS atau 5,2 persen, menjadi menetap di 83,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember bertambah 3,72 dolar,atau 4,4 persen, menjadi ditutup di 88,86 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Reaksi pasar muncul setelah laporan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, akan mempertimbangkan pengurangan produksi lebih dari satu juta barel per hari, ketika aliansi minyak bertemu pada Rabu (5/10/2022).

Angka itu tidak termasuk pemotongan sukarela tambahan oleh anggota individu, satu sumber OPEC menambahkan.

Sebagian besar pedagang memperkirakan pemotongan sekitar 50.000 barel per hari, kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Jika disetujui, itu akan menjadi pemotongan bulanan kedua berturut-turut setelah mengurangi produksi sebesar 100.000 barel per hari bulan lalu.

Pada awal September, OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi 100.000 barel per hari untuk Oktober guna mendongkrak harga.

Indeks dolar yang turun untuk hari keempat berturut-turut pada Senin (3/10/2022) setelah menyentuh level tertinggi dalam dua dekade juga dapat meningkatkan permintaan minyak dan mendukung harga.

Harga minyak telah berada di bawah tekanan yang cukup besar baru-baru ini di tengah kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan agresif oleh bank-bank sentral utama untuk menjinakkan inflasi akan menyebabkan resesi dan merugikan permintaan bahan bakar.

Pada September, WTI dan Brent masing-masing kehilangan 11 persen dan 8,8 persen, menurut Dow Jones Market Data.