Minyak beragam di tengah pengurangan produksi AS dan penguatan dolar

0
110
Drilling platform during the coming storm

Harga minyak bervariasi di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, karena dukungan dari pengurangan produksi AS yang disebabkan oleh Badai Ian bersaing dengan penyimpanan minyak mentah yang meningkat dan dolar AS yang lebih kuat.

Minyak mentah berjangka Brent melemah 4 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 86,23 dolar AS per barel pada pukul 00.22 GMT, setelah melonjak 2,6 persen pada Selasa (27/9/2022).

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 22 sen menjadi diperdagangkan di 78,03 dolar AS, per barel, setelah menguat 2,3 persen di sesi sebelumnya.

Produsen-produsen mulai mengembalikan pekerja ke anjungan minyak lepas pantai setelah menghentikan produksi menjelang Badai Ian, yang memasuki Teluk Meksiko AS pada Selasa (27/9/2022) dan diperkirakan akan menjadi badai kategori 4 yang berbahaya di atas perairan hangat Teluk.

Sekitar 190.000 barel per hari produksi minyak atau 11 persen dari total Teluk ditutup, menurut regulator lepas pantai Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan (BSEE).

Produsen kehilangan 184 juta kaki kubik gas alam atau hampir 9,0 persen dari produksi harian.

Personil dievakuasi dari 14 anjungan produksi dan rig, kata BSEE.

Ian adalah badai pertama tahun ini yang mengganggu produksi minyak dan gas di Teluk Meksiko AS, yang menghasilkan sekitar 15 persen minyak mentah negara itu dan 5,0 persen gas alam kering.

Yang membatasi harga minyak adalah dolar AS.

Dolar, yang biasanya diperdagangkan terbalik dengan minyak, tetap mendekati level tertinggi 20 tahun.

Perkiraan minyak AS dalam penyimpanan juga mengirim pesan beragam tentang harga minyak.

Sementara minyak mentah AS dalam penyimpanan naik sekitar 4,2 juta barel untuk pekan yang berakhir 23 September, menurut sumber pasar pada Selasa (27/9/2022) mengutip angka dari kelompok industri American Petroleum Institute, persediaan bensin turun sekitar 1 juta barel.

Stok sulingan naik sekitar 438.000 barel, menurut sumber, yang berbicara dengan syarat anonim.

Laporan tersebut muncul menjelang data resmi Badan Informasi Energi AS pada Rabu pukul 16.30 waktu setempat.