Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan bergerak menguat seiring masih terus masuknya modal asing ke dalam negeri.
IHSG Senin dibuka menguat 15,21 poin atau 0,21 persen ke posisi 7.257,86.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 2,71 poin atau 0,26 persen ke posisi 1.034,71.
“IHSG akan menguat dalam rentang beberapa waktu ke depan.
Hal ini tercermin dari capital inflow yang masih terlihat terjadi ke dalam pasar modal Indonesia.
IHSG berpeluang bergerak di kisaran 7.222-7.287,” tulis Tim Riset Lotus Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Salah satu penopang besar pergerakan IHSG pada pekan ini adalah lonjakan harga batu bara.
Harga batu bara meningkat, hingga mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa pada Senin pekan ini, di posisi 463,75 dolar AS per ton.
Lonjakan harga batu bara mendongrak kinerja saham-saham produsen batu bara, sekaligus pasar saham Indonesia sepekan terakhir.
Investor asing mencatatkan keseluruhan beli bersih atau net buy sebesar Rp995,73 miliar.
Sedangkan untuk sepanjang tahun ini yang berakhir hingga 9 September 2022, net buy asing mencapai Rp72,47 triliun.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pada minggu kedua September 2022, terjadi inflasi sebesar 0,77 persen (mtm).
Bursa AS menguat pada Jumat (9/9) lalu dan menutup kinerja mingguan di zona hijau, setelah selama tiga pekan terkoreksi akibat sikap bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell sebelum “pekan bisu” atau blackout period, menjadi penggerak pasar hari ini.
Investor menantikan rilis data inflasi AS Agustus yang menjadi penentu kebijakan moneter The Fed berikutnya.
Dari Eropa, Indeks Pan Eropa Stoxx 600 berakhir naik, dengan semua sektor dan bursa utama regional di wilayah positif.
Pada pekan lalu, Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan kenaikan suku bunga 75 bps, mengantarkan suku bunga deposito acuan menjadi 0,75 persen.
ECB juga merevisi ekspektasi inflasi menjadi rata-rata 8,1 persen pada 2022.
Kenaikan suku bunga tersebut diharapkan dapat mengurangi selisih antara benchmark ECB dan The Fed rate, terutama dengan melemahnya mata uang euro (ytd) yang tertekan oleh perang, serta untuk mengurangi inflasi (sebagian akibat impor yang lebih mahal).
Di sisi lain, Bank of England akan menunda pertemuan Komite Kebijakan Moneter bulan September selama seminggu karena negara itu memasuki masa berkabung nasional.
Keputusan Komite akan diumumkan pada pukul 12 siang waktu setempat pada 22 September.
Krisis energi di Eropa, kecepatan dan durasi kenaikan suku bunga Fed, dan potensi resesi AS, kemungkinan akan mengalahkan pengetatan kuantitatif sebagai penggerak pasar.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei menguat 322,36 poin atau 1,14 persen ke 28.537,11 dan indeks Straits Times meningkat 8,68 poin atau 0,27 persen ke 3.271,63.
Sedangkan bursa saham Hong Kong libur.