Minyak turun, data pabrik lemah picu kekhawatiran permintaan global

0
68
A flare from an ocean-based oil rig burning LNG as part of its exploration activities. Ocean water spraying from the rig provides a heat shield and cools the rig and other equipment.

Harga minyak turun tipis di sesi Asia pada Selasa sore, karena investor menyerap prospek permintaan bahan bakar yang suram setelah data menunjukkan penurunan manufaktur global tepat ketika para produsen minyak mentah utama bertemu minggu ini untuk menentukan apakah akan meningkatkan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 24 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 99,82 dolar AS per barel pada pukul 06.34 GMT.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 10 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 93,78 dolar AS per barel.

Penurunan terjadi setelah Brent berjangka merosot pada Senin (1/8/2022) ke terendah sesi 99,09 dolar AS per barel, terendah sejak 15 Juli.

Patokan minyak mentah AS juga sempat turun ke terendah di level 92,42dolar AS per barel, terlemah sejak 14 Juli.

“Harga minyak mentah jatuh setelah banyak data aktivitas pabrik menunjukkan dunia menuju kontraksi ekonomi global raksasa, dan ekspektasi untuk lebih banyak produksi minyak menyusul musim laporan laba yang sangat baik untuk perusahaan-perusahaan minyak,” kata Edward Moya, analis pasar senior dari OANDA, dalam sebuah catatan.

Kekhawatiran resesi meningkat pada Senin (1/8/2022) karena survei dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia menunjukkan bahwa pabrik-pabrik berjuang untuk momentum pada Juli.

Permintaan global yang lesu dan pembatasan ketat COVID-19 di China memperlambat produksi.

Penurunan harga juga terjadi karena pelaku pasar menunggu hasil pertemuan pada Rabu (3/8/2022) antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, dikenal sebagai OPEC+, untuk memutuskan produksi September.

Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan bahwa kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus.

Sisanya mengatakan produksi kemungkinan akan tetap stabil.

Seorang reporter berita Fox Business mengatakan Arab Saudi akan mendorong OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak pada pertemuan tersebut.

“Momentum kenaikan harga minyak secara bertahap memudar …

Setelah situasi penawaran dan permintaan menunjukkan tanda-tanda penurunan lebih lanjut, minyak kemungkinan akan memimpin penurunan di antara komoditas,” kata analis dari Haitong Futures.

Sementara itu Amerika Serikat pada Senin (1/8/2022) memberlakukan sanksi terhadap China dan perusahaan-perusahaan lain yang dikatakan membantu menjual puluhan juta dolar produk minyak dan petrokimia Iran ke Asia Timur karena berusaha untuk meningkatkan tekanan pada Teheran untuk mengekang program nuklirnya.

Juga mempersuram pasar adalah kemungkinan kunjungan ke Taiwan oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi, meskipun ada peringatan dari Beijing.

Kunjungan itu akan menandai pertama kalinya seorang pejabat tinggi AS berada di pulau itu dalam lebih dari 25 tahun, yang dapat meningkatkan ketegangan antara AS dan China.