Penguatan dolar tidak terbendung, mengalahkan semua mata uang utama tidak terkecuali sang rival yaitu Euro. Dolar AS pada hari Selasa (12/7) menguat terhadap Euro hingga 1.00049 atau hampir sama dengan 1,00 Euro per dolarnya.
Euro terdepresiasi lebih jauh ke bawah $1,01, terendah dalam 20 tahun, jatuh menuju paritas dolar di tengah kekhawatiran krisis energi akan mengirim Eropa ke dalam resesi yang dalam dan mempersulit ECB untuk memperketat kebijakan moneter.
Tren penguatan dolar memang sudah terjadi sejak dimulainya kenaikan suku bunga Fed (The Fed) pada bulan Maret untuk mengatasi dampak tingginya inflasi. Indeks dolar AS yang menjadi patokan pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama naik ke sekitar 108,4 pada hari Selasa, mencapai level tertinggi dalam 20 tahun, karena investor melihat untuk melakukan lindung nilai terhadap lonjakan risiko inflasi dan resesi dengan mata uang safe-haven.
Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga secara agresif juga mendukung dolar, karena laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan dan data inflasi AS yang akan datang dapat mendukung rencana pengetatan bank sentral.
Saat ini dolar menjadi mata uang terkuat seiring dengan Langkah kebijakan bank sentral AS yang sudah tiga kali menaikkan suku bunga dan berencana akan menaikkan suku bunga lagi sampai akhir tahun ini. Hal tersebut memicu aksi minat beli dolar sebagai lindung nilai di tengah tingginya inflasi dimana-mana.
Jadi untuk saat ini bisa saja laju penguatan dolar terus berlanjut dan membuat dolar AS lebih kuat dari pada Euro seperti yang pernah terjadi pada tahun 2002 yang lalu.