China, pada Rabu (6/7), melancarkan serangan pedas terhadap Amerika Serikat dan NATO, beberapa hari sebelum pertemuan antara Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berlangsung di Bali.
Pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian itu menggarisbawahi hubungan kedua negara yang semakin retak, dengan pendekatan China yang semakin konfrontatif dalam hubungan luar negerinya yang dengan keras menolak setiap kritik yang ditujukan kepadanya.
Dalam KTT NATO di Spanyol pekan lalu, Blinken menuduh China “berusaha merusak tatanan internasional berbasis aturan.” Membalas hal itu, Zhao pada Rabu mengatakan “apa yang disebut tatanan internasional berbasis aturan itu sebenarnya adalah aturan yang dibuat oleh segelintir negara demi melayani kepentingan Amerika sendiri.” Amerika Serikat “hanya menjalankan aturan internasional yang dianggap cocok (dengan kepentingan Amerika.red),” ujarnya, seraya menambahkan bahwa NATO “seharusnya meninggalkan keyakinan butanya pada kekuatan militer.” Hubungan AS-China didominasi oleh perselisihan tentang masalah perdagangan dan hak asasi manusia, juga klaim teritorial soal Taiwan dan Laut Cina Selatan.
China telah menolak mengutuk perang Rusia di Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari lalu.
Negara tersebut juga mengecam sanksi-sanksi yang dijatuhkan anggota-anggota NATO terhadap Rusia, dan menuduh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah memprovokasi konflik.
Dalam komentarnya yang panjang, Zhao menuding NATO “telah secara sewenang-wenang melancarkan perang dan membunuh warga sipil yang tidak berdosa.” “Fakta membuktikan bahwa bukan China yang menimbulkan tantangan sistemik terhadap NATO, dan sebaliknya NATO yang menciptakan tantangan sistemik terhadap perdamaian dan keamanan dunia,” ujar Zhao.
Blinken diperkirakan akan melangsungkan pertemuan dengan Wang pada Sabtu (9/7) di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri anggota negara-negara G20 di Bali.