Minyak bangkit kembali di Asia ditopang kekhawatiran pasokan

0
98
oil pumps

Harga minyak menguat di sesi Asia pada Rabu sore, setelah memangkas beberapa kenaikan awal karena investor kembali masuk ke pasar setelah penurunan besar di sesi sebelumnya, dengan kekhawatiran pasokan kembali mengemuka bahkan ketika kekhawatiran tentang resesi global tetap ada.

Minyak mentah berjangka Brent naik 1,63 dolar AS atau 1,6 persen menjadi diperdagangkan di 104,40 dolar AS per barel pada pukul 06.50 GMT, setelah terangkat 3,08 dolar AS atau 2,9 persen menjadi 105,85 dolar AS di awal perdagangan menghapus sebagian kerugian 9,5 persen pada Selasa (5/7/2022), penurunan harian terbesar sejak Maret.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat ke tertinggi sesi 102,14 dolar AS per barel, naik 2,64 dolar AS atau 2,7 persen, setelah ditutup di bawah 100 untuk pertama kalinya sejak akhir April.

WTI sempat merosot ke wilayah negatif di tengah dolar AS yang lebih kuat sebelum melanjutkan kenaikan dan terakhir naik 1,20 dolar AS atau 1,2 persen menjadi diperdagangkan di 100,70 dolar AS per barel.

Dolar menguat ke puncak 20 tahun terhadap euro dan tertinggi multi-bulan terhadap mata uang utama lainnya karena harga gas yang lebih tinggi dan ketidakpastian politik memperbaharui kekhawatiran resesi, mengirim investor berebut mata uang safe-haven.Greenback yang lebih kuat biasanya membuat minyak lebih mahal dalam mata uang lain, yang dapat mengekang permintaan.

“Hari ini adalah semacam setel ulang.

Tidak diragukan lagi ada short covering dan pemburuan harga murah datang,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.

“Cerita mendasar tentang keketatan global masih ada …

Aksi jual itu pasti berlebihan,” tambahnya.

Sementara itu, mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa proposal yang dilaporkan dari Jepang untuk membatasi harga minyak Rusia di sekitar setengah dari levelnya saat ini akan menyebabkan berkurangnya minyak secara signifikan di pasar dan mendorong harga di atas 300-400 dolar AS per barel.

Di sisi lain, pemerintah Norwegia pada Selasa (5/7/2022) melakukan intervensi untuk mengakhiri pemogokan di sektor perminyakan yang telah memangkas produksi minyak dan gas, kata seorang pemimpin serikat pekerja dan kementerian tenaga kerja, mengakhiri kebuntuan yang dapat memperburuk krisis energi Eropa.

Pada Sabtu (2/7/2022), pemogokan akan memotong ekspor gas harian sebesar 1,117 juta barel setara minyak (boe), atau 56 persen dari ekspor gas harian, sementara 341.000 barel minyak akan hilang, kata Norwegian Oil and Gas (NOG).

Namun, kekhawatiran tentang resesi telah membebani pasar.

Dengan beberapa perkiraan awal, ekonomi terbesar dunia AS mungkin telah menyusut dalam tiga bulan dari April hingga Juni.

Itu akan menjadi kontraksi kuartal kedua berturut-turut, yang dianggap sebagai definisi dari resesi teknis.

Lebih banyak bank sentral G10 menaikkan suku bunga pada Juni daripada di bulan mana pun selama setidaknya dua dekade, perhitungan Reuters menunjukkan.

Dengan inflasi pada level tertinggi selama beberapa dekade, laju pengetatan kebijakan diperkirakan tidak akan berhenti pada paruh kedua 2022.

“Meskipun minyak mentah masih menghadapi masalah kekurangan pasokan, faktor kunci yang menyebabkan aksi jual tajam pada minyak kemarin tetap ada,” kata Leon Li, analis CMC Markets yang berbasis di Shanghai.

Dia mengutip pengetatan kebijakan oleh bank sentral global dan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS sebagai menekan harga komoditas.

“Dengan demikian, rebound hari ini bisa menjadi koreksi jangka pendek untuk bearish market dan harga minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan dalam waktu dekat.” Kekhawatiran baru tentang penguncian COVID-19 di seluruh China juga dapat membatasi kenaikan harga minyak.

Importir minyak mentah terbesar di dunia itu sedang memerangi wabah COVID di seluruh negeri dengan pengujian massal dan pembatasan baru.

China telah melaporkan kasus virus corona di kota Shanghai, Beijing, provinsi Anhui dan Jiangsu timur, dan kota barat laut Xian.