Pemerintahan Presiden Joe Biden, pada Selasa (28/6), menambah lima perusahaan yang berbasis di China ke dalam daftar hitam karena diduga kelima perusahaan tersebut mendukung militer dan basis industri pertahanan Rusia.
Langkah itu diambil dalam rangka menegakkan sanksi terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Departemen Perdagangan Amerika Serikat yang mengawasi daftar hitam perdagangan itu mengatakan bawa perusahaan yang disasar telah memasok barang-barang kepada “entitas Rusia” itu sebelum invasi terjadi pada 25 Februari lalu.
Pihak departemen menambahkan sejumlah perusahaan tersebut “masih meneruskan kontrak untuk memasok entitas Rusia dan pihak yang telah dikenakan sanksi itu.” Badan itu juga menambah 31 entitas dari berbagai negara ke dalam daftar hitam.
Sejumlah entitas tersebut berasal dari Rusia, Uni Emirat Arab, Lithuania, Pakistan, Singapura, Inggris, Uzbekistan, dan Vietnam, menurut daftar pemerintah federal itu.
Tetapi dari ke 36 perusahaan yang dimasukkan dalam daftar, 25 di antaranya memiliki basis operasi di China.
“Tindakan hari ini mengirim pesan kuat kepada entitas dan individu di seluruh dunia bahwa jika mereka mendukung Rusia, AS akan menghentikan mereka,” ujar wakil menteri perdagangan untuk industri dan keamanan, Alan Estevez, dalam sebuah pernyataan.
Kedutaan besar China di Washington tidak segera menanggapi pertanyaan ketika diminta untuk memberi komentar akan hal tersebut.
Tiga dari perusahaan di China yang dituduh membantu militer Rusia, Connec Electronic Ltd, World Jetta yang berbasis di Hong Kong, dan Logistics Limited juga tidak dapat dihubungi.
Sementara dua perusahaan lainnya, King Pai Technology Co.
Ltd, dan Winninc Electronic, belum menjawab permintaan untuk komentar.