Perunding Senat AS Capai Kesepakatan Soal Dana COVID

0
52

Para perunding Senat Amerika Serikat (AS) telah mencapai kesepakatan tentang paket senilai $10 miliar yang disederhanakan untuk melawan COVID-19, kata negosiator dari Partai Demokrat dan Republik, pada Senin (4/4), tetapi program tersebut membatalkan semua dana bantuan bagi negara-negara lain dalam memerangi pandemi.

Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer dari Partai Demokrat mengatakan kesepakatan tersebut akan memberi pemerintah “alat yang dibutuhkan” untuk terus memerangi penyakit tersebut.

Senator Republik Mitt Romney dari Utah, menyuarakan penghematan anggaran dalam ukuran yang katanya berarti “tidak akan membebani rakyat Amerika satu dolar tambahan.” Setidaknya setengah dari dana yang diusulkan dalam program tersebut harus digunakan untuk meneliti dan menghasilkan terapi untuk mengobati COVID, menurut lembar fakta yang didistribusikan oleh Schumer dan Romney, dua perunding utama.

Uang itu juga akan digunakan untuk membeli vaksin dan tes.

Setidaknya sebanyak $750 juta akan digunakan untuk meneliti varian baru COVID-19 dan untuk memperluas produksi vaksin, kata dokumen itu.

Schumer menyalahkan Partai Republik atas tidak disertakannya dana bagi bantuan global.

Menurutnya, ia “kecewa karena rekan-rekan dari Republik kami tidak dapat menyetujui untuk memasukkan $5 miliar” dari versi sebelumnya Rancangan Undang-undang tersebut.

Romney menyarankan keterbukaan untuk mempertimbangkan dana COVID-19 pada masa depan.

“Meskipun perjanjian ini tidak termasuk pendanaan untuk program vaksinasi global, saya bersedia untuk mencari solusi yang bertanggung jawab secara fiskal untuk mendukung upaya global dalam beberapa minggu ke depan,” katanya.

Kesepakatan itu merupakan hasil pemangkasan besar dari nilai awal sebesar $22,5 miliar yang diminta Presiden Joe Biden, dan dari versi $15 miliar yang telah dinegosiasikan oleh para pemimpin kedua Fraksi Senat bulan lalu.

Versi RUU bernilai $15 miliar tersebut termasuk sekitar $5 miliar untuk upaya global memerangi COVID-19, yang telah merajalela di banyak negara, terutama di negara-negara miskin.