Minyak terus menguat karena ketidakpastian seputar pasokan berlanjut

0
54
Oil rig on the sea with approaching tanker ship.

Minyak berjangka naik pada awal perdagangan Selasa, karena potensi sanksi lebih lanjut menyusul dugaan kejahatan perang oleh pasukan Rusia di Ukraina menambah kekhawatiran tentang gangguan pasokan, sementara pembicaraan nuklir Iran terhenti.

Minyak mentah berjangka Brent bertambah 1,58 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi diperdagangkan di 109,11 dolar AS per barel pada pukul 00.28 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 1,61 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi diperdagangkan di 104,89 dolar AS per barel.

Kedua kontrak sempat melonjak lebih dari dua dolar AS per barel setelah menteri industri Jepang Koichi Hagiuda mengatakan Badan Energi Internasional (IEA) masih mengerjakan rincian untuk putaran kedua yang direncanakan dari pelepasan minyak terkoordinasi.

Kontrak berjangka telah naik lebih dari 3,0 persen pada Senin (4/4/2022) di tengah ancaman sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dan menyusul jeda di Wina pada pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran, yang dapat menempatkan lebih banyak barel Iran ke pasar.

Iran menyalahkan Amerika Serikat karena menghentikan pembicaraan.

Konsultan Wood Mackenzie pada Senin (4/4/2022) memperkirakan anggota Uni Eropa dan ekonomi maju termasuk Jepang dan Korea Selatan dapat “menukar” sekitar 650.000 barel per hari minyak mentah Rusia dengan kadar dan volume yang sama.

Ini terutama akan datang dari volume Timur Tengah yang biasanya dibeli oleh Cina dan India.

Mangalore Refinery and Petrochemicals Ltd.

yang dikelola negara bagian India membeli 1 juta barel Ural Rusia untuk pemuatan Mei, dalam langkah langka yang didorong oleh diskon besar-besaran yang ditawarkan.

“Perdagangan minyak mentah global akan diseimbangkan kembali dengan pertukaran minyak mentah antara ekonomi maju dan negara pasar berkembang,” kata Alex Sun, konsultan pengelola untuk Wood Mackenzie, mencatat bahwa diskon tajam untuk barel Ural Rusia telah menciptakan peluang pembelian bagi China untuk mengisi cadangan strategis yang menurun.