Emas turun, tapi bidik kenaikan kuartalan terbesar dari September 2020

0
72
Coins and ingots with glass globe

Harga emas turun dalam perdagangan terbatas di Asia pada Kamis sore, namun logam safe-haven itu berada di jaluruntuk kenaikan kuartalan terbesar sejak September 2020, karena konflik Rusia-Ukraina mengurangi selera risiko dan mengangkat daya tarik emas.

Emas spot melemah 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 1.928,30 dolar AS per ounce pada pukul 07.14 GMT.

Sementara itu, emas berjangka AS merosot 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 1.931,20 dolar AS per ounce, setelah menguat 1,09 persen semalam.

Logam kuning telah meningkat sekitar 5,5 sejauh kuartal ini dan naik satu persen bulan ini.

“Pedagang emas menyeimbangkan dengan potensi keuntungan lebih lanjut berdasarkan risiko geopolitik dan kemungkinan inflasi, dan prospek berbahaya untuk kepemilikan emas dengan kenaikan suku bunga dan hasil bersihnya sekali lagi adalah bahwa kami telah kembali ke tengah kisaran perdagangan,” kata Michael McCarthy, chief strategy officer di Tiger Brokers, Australia.

Pasukan Ukraina sedang mempersiapkan serangan baru terhadap Rusia di timur negara itu saat Moskow membangun pasukannya di sana setelah mengalami kemunduran di dekat ibu kota Kyiv, kata Presiden Volodymyr Zelenskiy, Kamis.

Emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian politik dan keuangan, dan dipandang sebagai lindung nilai terhadap tekanan inflasi.

Namun, kenaikan suku bunga meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Logam mulia lainnya di pasar spot, perak turun 0,5 persen menjadi 24,72 dolar AS per ounce, tetapi berada di jalur untuk kenaikan kuartalan terbaik sejak Juni 2021.

Platinum turun 0,6 persen menjadi 984,12 dolar AS per ounce, meskipun ditetapkan untuk kenaikan kuartalan terbesar sejak Maret 2021.

Paladium merosot 0,4 persen menjadi 2.257,20 dolar AS per ounce, tetapi berada di jalur lompatan kuartalan tertajam sejak September 2020.

“Jangan berpikir itu (platinum, paladium) akan turun dalam waktu dekat, dan itu kembali ke bukan sanksi resmi, tetapi perusahaan menjatuhkan sanksi sendiri.

Mereka takut untuk mulai membeli komoditas Rusia karena pembalasan di media sosial,” kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.