Minyak berjangka memperpanjang kenaikannya di sesi Asia pada Kamis pagi, setelah naik tajam di paruh pertama minggu ini, karena para pedagang mempertimbangkan gangguan pasokan tambahan menyusul laporan kerusakan akibat badai pada sistem terminal ekspor utama di Laut Hitam.
Minyak mentah berjangka Brent menguat sekitar 1,06 dolar AS atau 0,9 persen, menjadi di perdagangkan di 122,66 dolar AS per barel pada pukul 00.51 GMT.
Minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik sekitar 79 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 115,68 dolar AS per barel.
Kontrak berjangka AS membuka sesi sedikit turun.
Kedua kontrak telah membukukan kenaikan tajam minggu ini, dengan Brent berjangka naik lebih dari 14 dolar AS per barel atau 13 persen, sejak Senin (21/3/2022) dan WTI naik lebih dari 10 dolar AS per barel atau 10 persen, selama periode waktu tersebut karena kekhawatiran atas gangguan pasokan telah meningkat seiring dengan dampak invasi Rusia ke Ukraina.
Pasar minyak melonjak lebih dari 5,0 persen pada Rabu (23/3/2022) menyusul laporan bahwa ekspor minyak mentah dari terminal Caspian Pipeline Consortium (CPC) Kazakhstan telah sepenuhnya dihentikan setelah kerusakan akibat badai.
Wakil Perdana Menteri Rusia mengatakan pasokan minyak bisa dihentikan selama dua bulan.
Pipa CPC membawa sekitar 1,2 juta barel per hari terutama minyak mentah Kazakh ke sebuah pelabuhan di pantai Laut Hitam Rusia.
Juga mendorong minyak berjangka adalah penurunan persediaan AS.
Stok di AS turun 2,5 juta barel pekan lalu, sementara persediaan dari Cadangan Minyak Strategis AS turun 4,2 juta barel, menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA).
Pelaku pasar telah memperkirakan sedikit peningkatan pasokan.
Produksi minyak AS tetap datar di 11,6 juta barel per hari, menurut data EIA.
“Pasar minyak sangat ketat dan dengan produksi AS tetap stabil serta karena stok terus menurun, harga minyak hanya memiliki satu cara untuk bergerak,” Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, menulis dalam sebuah catatan.
Sementara itu, Presiden AS Biden akan bertemu dengan sekutu NATO pada Kamis waktu setempat dan diperkirakan akan mengumumkan sanksi tambahan terhadap Rusia atas tindakannya di Ukraina, yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus”.