Biden dan Xi akan berselisih soal perang Rusia di Ukraina

0
76
Former Vice President Joe Biden hasn't hidden his presidential aspirations since leaving office in 2017, and didn't appear deterred by accusations of inappropriate contact over the past several weeks either.

Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan memberi tahu Presiden China Xi Jinping pada Jumat bahwa Beijing akan menanggung akibat jika mendukung operasi militer Rusia di Ukraina.

Peringatan Biden itu datang saat perselisihan antara Amerika Serikat dan China semakin dalam.

Kedua kepala negara akan berbicara lewat telepon pada 13.00 GMT (20 WIB).

Washington sebelumnya telah mengancam pejabat China di tingkat yang lebih rendah secara tertutup dan terbuka bahwa dukungan besar bagi Rusia berisiko mengisolasi Beijing.

Percakapan Biden dan Xi itu–pertama sejak November–akan dipenuhi ketegangan.

Biden “akan menjelaskan bahwa China akan memikul tanggung jawab atas setiap tindakannya yang mendukung agresi Rusia” dan AS tidak akan ragu-ragu untuk membebankan akibat dari dukungan itu pada China, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Rabu.

“Kami prihatin mereka mempertimbangkan dukungan langsung bagi Rusia dengan peralatan militer untuk digunakan di Ukraina,” kata dia.

China membantah merencanakan hal itu.

Washington juga khawatir bahwa China dapat membantu Rusia mengatasi sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara-negara Barat.

Invasi Rusia di Ukraina yang kini memasuki pekan keempat telah menewaskan ratusan warga sipil, menghancurkan kota-kota dan memicu krisis kemanusiaan ketika jutaan orang mengungsi dari negara itu.

Invasi tersebut juga telah meningkatkan ketegangan hubungan AS-China yang panas dan meredupkan harapan Biden untuk meredakan perselisihan kedua negara dengan memanfaatkan hubungan personalnya dengan Xi sejak sebelum jadi presiden.

Biden menyambut Xi dengan hangat ketika bertemu di konferensi video untuk pertama kali pada November.

Xi memanggil Biden seorang “kawan lama”.

Para pejabat AS semakin memandang hubungan dengan Beijing lewat kacamata persaingan, meskipun mereka ingin menghindari perang dingin atau konfrontasi langsung antara dua kekuatan yang berseteru.

Washington melihat China semakin dekat dengan Rusia setelah Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu mengumumkan kemitraan strategis “tanpa batas”.

China menolak untuk mengutuk aksi Rusia di Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi.

Negara itu juga telah menyensor konten internet yang pro-Barat dan tidak menguntungkan Rusia.

Beijing, meski mengakui kedaulatan Ukraina, juga mengatakan bahwa Rusia memiliki hak keamanan yang harus dipenuhi, dan mendesak sebuah solusi diplomatik atas konflik tersebut.

Meskipun Biden telah mengancam akan membalas jika China membantu Rusia di Ukraina, para pejabat semakin meragukan kemungkinan itu.

AS dan sekutunya belum memutuskan secara tepat langkah-langkah yang diambil terhadap China, menurut seorang sumber yang mengetahui hal itu.

Membidik Beijing dengan sanksi ekonomi yang serupa dengan Rusia akan membawa konsekuensi buruk bagi AS dan dunia mengingat China merupakan ekonomi terbesar kedua dan eksportir terbesar di dunia.

Pertemuan selama tujuh jam di Roma pada Senin antara para bawahan Biden dan Xi digambarkan sebagai perbincangan yang “sulit” dan “intens” oleh sejumlah pejabat.

Pemerintah Biden belum memberikan bukti atas tuduhan mereka bahwa China telah menunjukkan kesediaan untuk membantu Rusia.

Moskow sebelumnya membantah meminta dukungan militer dari China, dan kementerian luar negeri China menyebut tuduhan itu “informasi yang sesat”.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan pekan ini negaranya mengandalkan China untuk membantu menghadapi sanksi ekonomi Barat yang bertujuan untuk mengisolasi ekonomi Rusia dari dunia luar.

Perang di Ukraina bukan satu-satunya topik menantang dalam agenda pembicaraan Biden dan Xi.

Kedua pemimpin diperkirakan akan membahas pula perundingan nuklir Iran, peluncuran rudal Korea Utara dan isu terkait Taiwan.