Harga Emas Siap Ukir Kenaikan 2 Minggu Beruntun

0
92

Harga emas siap mencatat kenaikan mingguan untuk yang kedua kalinya, setelah pembicaraan antara Rusia dan Ukraina hanya membuat sedikit kemajuan. Namun demikian, emas batangan masih mengalami penurunan diawal perdagangan hari Jumat (11/03//2022) pada sesi Asia karena peningkatan imbal hasil Treasury AS di belakang data inflasi meredakan daya tarik emas sebagai asset safe-haven.

Pada perdagangan emas di pasar spot, harga emas turun 0,2% pada $1,992,94 per ounce, pada 09:03 WIB. Emas berjangka di bursa AS datar di $2.000,10. Bullion sendiri naik sekitar 1,2% sejauh minggu ini.

Tidak ada terobosan dalam pembicaraan tingkat tinggi pertama antara menteri luar negeri dari Rusia dan Ukraina, yang bertemu di Turki pada Kamis, atau Jumat dinihari waktu Indonesia –  sejak Moskow menginvasi tetangganya.

Yield imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik pada hari Kamis dan mencapai 2% untuk pertama kalinya dalam dua minggu setelah data inflasi AS mengkonfirmasi kenaikan harga yang cepat, mengunci ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga minggu depan. Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Bank Sentral Eropa mengambil langkah hawkish pada hari Kamis dengan mengatakan akan mengakhiri pembelian asetnya musim panas ini, membuka jalan bagi kenaikan suku bunga di akhir tahun.

Hasil perdagangan sesi AS di hari Kamis, adalah harga emas berakhir didekat level $2.000 per troy ons, setelah terjadi pembalikan arah perdagangan menjelang akhir perdagangan. Ada kenaikan daya tarik emas sebagai asset safe-haven akibat kurangnya kemajuan dalam pembicaraan Rusia dan Ukraina. Harga emas di bursa berjangka AS berakhir ditutup naik 0,6% pada $2.000,40.

Serbuan ke aset safe-haven awal pekan ini telah mendorong emas mendekati level rekor yang dicapai pada Agustus 2020. Investor juga mengambil stok data inflasi Februari dari Amerika Serikat, yang sesuai dengan ekspektasi tetapi juga menunjukkan peningkatan tahun-ke-tahun terbesar sejak Januari 1982.

Angka inflasi tentu merupakan elemen bullish yang mendasari emas. Namun, geopolitik mengalahkan data ekonomi saat ini. Sayangnya, Bullish Emas ini telah menghabiskan banyak energi untuk mendorong harga ke rekor tertinggi awal pekan ini. Sekarang, dengan data inflasi yang demikian, sentiment bullish tidak banyak memberikan manfaat karena seperti kehabisan nafas.

Dengan latar belakang melonjaknya harga minyak dan komoditas, investor sekarang menunggu pernyataan kebijakan Federal Reserve berikutnya pada 16 Maret.