Krisis di Ukraina Satukan Sebagian Besar Anggota Kongres AS

0
77

Krisis di Ukraina telah menyatukan pandangan sebagian besar anggota Partai Republik dan Partai Demokrat dalam momen langka sebuah kesepakatan bipartisan bahwa Amerika harus dengan teguh melawan agresi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tetapi beberapa anggota Partai Republik – yang sangat dipengaruhi oleh sikap mantan presiden Donald Trump terhadap Rusia – telah mengkritisi Presiden Joe Biden karena menentang rencana Putin di Ukraina; di mana sebagian mengatakan Rusia memiliki hak untuk melancarkan serangan.

Sebagian anggota Partai Demokrat yang progresif di DPR juga telah memperingatkan bahwa tidak ada solusi militer untuk mengatasi krisis itu.

Dengan masih segarnya ingatan publik atas penarikan pasukan Amerika di Afghanistan dan perebutan kekuasaan di negara itu oleh Taliban, kini perhatian dari kelompok berhaluan kanan dan kiri dipusatkan untuk menghindari keterlibatan militer Amerika di Eropa.

Biden telah berulangkali mengatakan Amerika tidak akan mengerahkan pasukan di Ukraina dan hanya akan memberi bantuan militer.

Sebagian besar anggota Partai Republik dan Partai Demokrat setuju dengan posisi pemerintah bahwa demokrasi di Ukraina yang masih sangat baru, harus dilindungi.

Tetapi pembawa acara bincang-bincang konservatif Tucker Carlson berulangkali menyampaikan keraguan bahwa Ukraina merupakan negara demokrasi yang layak dilindungi Amerika.

“Seharusnya kita sangat gugup karena Joe Biden, Susan Rice dan penasehat keamanan nasional semuanya memberitahu dengan wajah lurus bahwa ini adalah demokrasi,” ujar Carlson minggu ini di program acaranya, merujuk pada Penasehat Keamanan Nasional Jake Sullivan.

Senator Josh Hawley dari Partai Republik – yang kerap menjadi tamu di acara Carlson – menyampaikan keprihatinan serupa dalam surat kepada Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada 1 Februari lalu.

Ia menulis bahwa dukungan pemerintah Biden untuk keanggotaan Ukraina di NATO bertentangan dengan realitas geopolitik saat ini.

“Amerika berkepentingan menjaga kemerdekaan, kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.

Dan kita harus segera memberi bantuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri terhadap penumpukan militer Rusia dan ancaman lain.

Namun minat kami tidak begitu kuat untuk membenarkan komitmen Amerika guna berperang dengan Rusia karena Ukraina.” “Sebaliknya kita harus membantu Ukraina dengan cara yang sejalan dengan kepentingan Amerika dan mempertahankan kemampuan kita untuk menolak hegemoni China di Indo-Pasifik,” tulis Hawley.

Anggota DPR dari Freedom Caucus yang terkenal konservatif itu sangat vokal mencegah keterlibatan Amerika di Ukraina.

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan sebagian kecil warga mendukung pemerintah Amerika untuk tidak berunding guna mengakhiri krisis di Ukraina.

Dalam jajak pendapat CBS News/YouGov yang dilakukan antara tanggal 8 hingga 11 Februari, 53 persen warga Amerika mendukung pandangan itu.

Sementara 43 persen lainnya mendukung Ukraina dan sebanyak 4 persen responden mendukung Rusia.

Dalam jajak pendapat yang sama, 20 persen responden mengatakan pendekatan yang dijalankan Biden pada Rusia “terlalu bermusuhan,” di mana Partai Republik dan independen memiliki pandangan yang hampir sama dengan sudut pandang itu.

Anggota Kongres dari Partai Republik Adam Kinzinger, yang merupakan pengecam utama Trump, dalam acara berita CBS “Face the Nation” mengatakan kelompok pro-Putin di dalam partainya sendiri tidak besar, tetapi masih menjadi perhatian yang signifikan.

“Ada sejumlah besar orang yang melakukannya bersama Tucker Carlson, yang berbicara tentang betapa hebatnya Vladimir Putin dan bagaimana sebenarnya Ukraina adalah bagian dari Rusia,” ujar Kinzinger.

Meskipun tidak ada anggota Partai Demokrat yang menyatakan dukungan pada Putin dengan cara yang sama dengan yang dilakukan Partai Republik, suara-suara kelompok kiri juga bicara tentang keterlibatan Amerika di kawasan itu.

Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Pramila Jayapal dan Barbara Lee bulan lalu mengatakan “kami memiliki kekhawatiran yang signifikan bahwa pengerahan pasukan baru, sanksi yang luas dan tidak pandang bulu, serta pengiriman senjata mematikan bernilai ratusan juta dolar hanya akan meningkatkan ketegangan dan salah perhitungan.

Strategi Rusia adalah mengobarkan ketegangan.

Amerika dan NATO tidak boleh terpengaruh strategi ini.”