Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada Senin (14/2) mendesak Rusia, Ukraina dan negara-negara Barat untuk menurunkan ketegangan, dengan mengatakan bahwa “tidak ada alternatif lain, selain diplomasi” dalam penyelesaian masalah yang terjadi.
“Harga berupa penderitaan manusia, kehancuran dan kerusakan terhadap keamanan Eropa dan global terlalu tinggi untuk dibayangkan,” ungkapnya terkait kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina, yang disebut pihak Barat dapat saja terjadi pada Rabu (16/2).
“Kami sama sekali tidak dapat menerima – bahkan – kemungkinan terjadinya konfrontasi yang sarat bencana itu,” kata Guterres di markas PBB.
Ia berjanji akan terus berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait dan menawarkan bantuan PBB untuk menemukan solusi.
Guterres berbincang dengan para wartawan setelah kembali dari jamuan makan siang bulanan yang digelar bersama 15 anggota Dewan Keamanan PBB.
Rusia memegang jabatan presiden bergilir dewan tersebut bulan ini dan menjadi tuan rumah pada acara makan siang itu.
Sebelumnya, pada hari yang sama, Guterres melakukan pertemuan virtual dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, selama 20 menit.
Kemudian, ia berbincang secara terpisah dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba.
Guterres tidak merinci isi perbincangan yang dilakukannya, namun menyambut baik komunikasi diplomatik yang dilakukan para pemimpin negara baru-baru ini, meski mengingatkan bahwa retorika saling hasut tidak akan menyelesaikan konflik tersebut.
“Pernyataan publik sedianya bertujuan untuk mengurangi ketegangan, bukannya untuk mengomporinya,” kata kepala PBB tersebut.
Ia juga mengutip isi Piagam PBB, yang menekankan seruannya kepada negara anggota untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara damai dan menahan diri “dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial ataupun kemerdekaan politik negara mana pun, atau dengan cara apa pun yang tidak sesuai dengan tujuan PBB.” “Meninggalkan diplomasi demi konfrontasi bukan lagi langkah yang melampaui batas, melainkan sebuah lompatan dari tepi jurang,” Guterres memperingatkan.
“Intinya, seruan saya adalah: jangan menggagalkan tujuan perdamaian.”