Jalan-jalan di Tonga yang diterjang tsunami tampak sepi dan sunyi pada Kamis, yaitu hari pertama penerapan penguncian atau lockdown di negara yang sebelumnya bebas COVID-19 itu.
Penguncian diberlakukan setelah dua pekerja dermaga didiagnosis terkena COVID-19.
“Biasanya jalan ini penuh dengan kendaraan dan orang-orang, tetapi seperti yang Anda lihat semua toko tutup dan semuanya tutup, seperti tempat parkir taksi, toko-toko, dan supermarket ditutup,” kata jurnalis setempat, Marian Kupu, saat berdiri di persimpangan jalan yang sepi di ibu kota Tonga, Nukualofa, Di belakang Kupu, tampak pemandangan gedung-gedung yang tutup.
“Ini kota hantu di Nuku’alofa,” katanya.
Ada kekhawatiran bahwa kedatangan kapal-kapal dan pesawat-pesawat internasional pengirim air, penampungan, dan makanan yang sangat dibutuhkan pascaerupsi gunung api pada Januari telah meningkatkan risiko pandemi di negara Pasifik yang terisolasi itu.
Namun, petugas pinggir pantai yang terinfeksi tidak dipekerjakan di dermaga yang digunakan oleh angkatan laut asing untuk mengirimkan bantuan, kata Curtis Tu’ihalangingie, wakil kepala misi Tonga di Australia.
Kepala Operasi Gabungan Angkatan Pertahanan Australia Greg Bilton mengatakan sampel dari dua pekerja dermaga itu akan dikirim ke Australia untuk pengujian guna memverifikasi asal varian itu.
Tiga kasus lebih lanjut diidentifikasi dalam satu keluarga, menurut laporan radio Tonga Broadcom FM, Rabu (2/2).
Warga Tonga sudah mengantre di luar bank dan stasiun pengisian bahan bakar pada Rabu menjelang penguncian, yang dimulai pada pukul 18.00 waktu setempat.
“Tonga sudah dihantam dua bencana,” kata Feiloakitau Tevi, seorang kepala staf pada Kementerian Luar Negeri Tonga.
“Satu tentunya erupsi, dan kedua adalah penemuan kasus COVID-19.
Ada penerapan penguncian dan saya rasa ini hal yang baik.
Kami perlu melacak siapa saja yang melakukan kontak dengan dua kasus pertama COVID-19,” katanya.Rekaman kerusakan pasca letusan gunung berapi di Tonga