JAVAFX – Berita minyak di hari Kamis(1/3/2018), harga minyak berusaha bertahan dari gempuran jual pada perdagangan minyak jelang sore hari ini karena investor melihat dolar AS masih menguat dan jelang testimoni Powell namun terbantu dengan munculnya sanksi baru kepada Venezuela.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,13 atau 0,21% di level $61,77 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara menguat $0,17 atau 0,26% di harga $64,90 per barel. Untuk perdagangan bulanan, minyak WTI turun sebesar 4,8% dan pertama kali sejak Agustus tahun lalu. Sedangkan harga minyak Brent secara bulanan turun 4,7% dan pertama kali sejak Juni tahun lalu.
Menguatnya dolar AS terjadi di perdagangan hari ini setelah investor melakukan aksi beli kembali di pasar ekuitas AS pada awal perdagangan bulanan dengan pengaruh dari testimoni Powell yang bernada hawkish. Penguatan dolar AS itu berarti impor minyak dunia akan terlihat lebih mahal sisi belinya sebagai konsekuensi bersamaan dengan naiknya nilai dolar AS, sehingga investor minyak langsung menahan untuk melakukan pembelian minyaknya secara besar.
Pemerintah Trump sedang memikirkan sanksi baru kepada Venezuela yang biasanya berupa embargo impor minyak Venezuela kepada AS. Washington ingin menekan Presiden Nicola Maduro untuk tidak sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahannya. Kondisi ini tentu akan mengurangi pasokan minyak dunia sehingga investor melihat bahwa harga bisa menguat sejenak.
Harga minyak sudah mulai tertekan sejak International Energy Agency melalui presidennya, Fatih Birol menyatakan bahwa produksi minyak AS pada 2019 akan menjadi yang terbesar melewati produksi minyak Rusia. Itu berarti produksi minyak AS pada 2019 akan lebih dari 11 juta bph.
Pekan lalu saja produksi minyak AS mencapai 10,27 juta bph, dan angka tersebut juga sudah melewati produksi minyak Arab Saudi, di mana menurut Arab Saudi sendiri pada bulan Maret akan menurunkan produksi minyak lagi sekaligus menurunkan jumlah ekspor minyaknya tidak sampai 7 juta bph. Dan pekan lalu, menurut EIA bahwa produksi minyak AS naik 13 ribu bph menjadi 10,283 juta bph.
Dari OPEC dilaporkan bahwa Uni Emirat Arab dalam waktu dekat juga berkomitmen untuk mulai mengurangi produksi minyaknya mengikuti jejak Arab Saudi yang juga mulai bulan depan mengurangi produksi dan ekspornya. Selama 7 bulan sebelumnya, produksi minyak OPEC mengalami penurunan.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC