Pakar Penyakit Menular AS: Hindari Pesta Malam Tahun Baru Besar-besaran

0
79

Pakar penyakit menular nomor satu di Amerika Serikat (AS) mendesak warga AS untuk menghindari acara perayaan malam tahun baru massal, seiring terus terpecahkannya rekor kasus harian COVID-19 baru yang didorong oleh varian Omicron yang sangat menular.

AS mencatat 489.267 kasus COVID-19 baru pada Rabu (29/12), menurut Pusat Sumber Daya Virus Corona Universitas Johns Hopkins, hanya dua hari setelah mencatat rekor jumlah kasus harian sebanyak 512.553 kasus.

Saat ini, AS rata-rata melaporkan lebih dari 265.000 kasus virus corona baru per hari, memecahkan rekor sebelumnya, yaitu 250.000 kasus baru setiap hari yang tercatat pada Januari 2021.

Dr Anthony Fauci, direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular AS sekaligus kepala penasihat medis Presiden Joe Biden, mengatakan pada Rabu (29/12) bahwa ia “sangat menyarankan” orang-orang untuk membatalkan rencana menghadiri pesta besar dengan “30, 40, 50 orang” pada musim liburan tahun ini, dan sebagai gantinya berkumpul secara kecil-kecilan dengan teman atau kerabat yang sudah divaksinasi dan telah menerima suntikan booster alias penguat.

Dalam wawancara pada Rabu (29/12) di CNBC, Fauci juga memperkirakan lonjakan kasus positif yang didorong oleh Omicron saat ini dapat mencapai puncaknya di AS pada akhir Januari.

Pakar kesehatan itu mengatakan, meskipun Omicron menyebar dengan cepat di seluruh dunia sejak pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan bulan lalu, tampaknya varian itu menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada virus corona varian lain.

Akan tetapi, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan minggu ini bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana Omicron akan berdampak pada orang yang lebih tua dan lebih rentan.

Sementara itu, sebuah studi baru di Afrika Selatan menunjukkan suntikan booster vaksin Johnson & Johnson COVID-19 dosis tunggal memberikan perlindungan yang kuat terhadap varian omicron.

Para peneliti di Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan mengatakan, suntikan penguat vaksin Johnson & Johnson diberikan kepada sekitar 69.000 petugas kesehatan antara 15 November dan 20 Desember.

Hasilnya, efektif mencegah rawat inap, meningkatkan kekebalan dari 63 persen tak lama setelah disuntikkan, menjadi 84 persen 14 hari kemudian, dan 85 persen dalam satu hingga dua bulan.

Selain itu, sebuah penelitian terpisah yang melibatkan vaksin Johnson & Johnson di AS menunjukkan bahwa vaksin tersebut memberikan peningkatan antibodi penetralisir hingga 41 kali lipat bila digunakan sebagai suntikan penguat bagi orang yang sebelumnya menerima dua dosis vaksin Pfizer.

Sementara para dokter di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston juga mengatakan kepada CNN bahwa vaksin booster Johnson & Johnson menghasilkan peningkatan produksi sel T hingga lima kali lipat – ‘lengan’ sistem kekebalan tubuh manusia yang membunuh sel yang terinfeksi virus serta mencegahnya bereplikasi dan menyebar.