JAVAFX – Harga minyak mentah Brent diperkirakan akan mencapai $ 120 per barel pada akhir Juni 2022, demikian disampaikan oleh Bank of America (BofAP\) dalam sebuah catatan kajian di minggu ini, sebagaimana dikutip oleh Bloomberg. Katalis untuk perkiraan kenaikan harga menurut BofA adalah krisis energi global saat ini yang telah membuat harga minyak mentah, batu bara, gas alam, dan LNG meroket saat pasar semakin ketat.
Hanya sebulan yang lalu, BofA telah memperkirakan bahwa minyak bisa mencapai $100 selama enam bulan ke depan dan itu disampaikan jika kita mengalami musim dingin yang lebih dingin dari biasanya. Pada saat itu, pandangan ini menjadi pendorong paling penting dari pasar energi global.
BofA bahkan merasakan adanya dorongan lebih sekarang karena pemulihan permintaan minyak global akan terus melampaui pasokan selama satu setengah tahun ke depan. Ini yang akan mengakibatkan harga minyak yang lebih tinggi, dimana pemicunya adalah berkurangnya persediaan.
Pada bulan September, BofA menunjuk pada situasi suram di pasar energi Eropa, yang telah melihat menipisnya persediaan yang telah memicu volatilitas harga yang kuat sebagai tanda dari apa yang akan datang.
Sekarang, BofA melihat rebound permintaan minyak diesel, bahan bakar jet, dan bensin bersama dengan pembatasan kapasitas pemurnian sehingga mempercepat kenaikan harga ini ke tahun depan.
Produksi OPEC+ akan dievaluasi kembali pada Kamis pekan ini, meskipun secara luas diperkirakan bahwa kelompok tersebut akan tetap pada rencananya untuk menambah lagi 400.000 barel per hari. Masalah dengan rencana penambahan produksi ini adalah bahwa OPEC+ telah gagal menambah barel di bawah rencananya sejauh ini.
Pedagang dan bank lain merasa harga minyak dapat menuju $100 per barel, dimana Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan minyak mendekati 100 juta barel per hari sebagai angka yang ada sebelum Covid-19 dan permintaan hanya akan menguat saat musim pemanasan musim dingin mendekat dan seruan untuk meningkatkan permintaan bahan bakar jet di awal tahun depan.