Permintaan emas secara fisik di pusat-pusat konsumen Asia melemah dalam minggu ini setelah harga mendekati puncak dalam beberapa bulan, meskipun sejumlah dealer India melihat potensi penjualan emas batangan yang baik di musim pernikahan (moonson) mendatang.
Di bursa berjangka Mumbai, harga emas ditutup pada 49.059 rupee per 10 gram pada hari Kamis, setelah naik ke 49.610 rupee awal pekan ini ini merupakan harga tertinggi sejak 3 Juni. Pihak dealer minggu ini menawarkan diskon hingga $2,5 per ons di atas harga domestik resmi — termasuk impor 10,75% dan retribusi penjualan 3% — naik dari diskon minggu sebelumnya $2.
Penjualan perhiasan emas mengambil jeda, dimana konsumen menunggu kembali koreksi harga yang bisa terjadi dalam waktu dekat ini. Pembeli sekarang menunda pembelian mereka untuk acara pernikahan, kata seorang pedagang emas batangan yang berbasis di New Delhi. Emas secara tradisional menjadi bagian integral dari pernikahan India, menjadikan India sebagai konsumen utama logam tersebut.
Selain itu, ada banyak permintaan yang terpendam karena aktivitas yang sebelumnya teredam pada tahun 2020 karena pembatasan terkait pandemi, kini mulai kembali. Sebagaimana terlihat di Cina, yang merupakan konsumen emas terbesar dunia, dan Jepang. Sayangnya dengan kenaikan harga ini membuat permintaan ritel tersebut mengalami kesulitan kembali.
Premi $1-$4 per ounce di China dibebankan di atas harga patokan spot dibandingkan dengan premi $2-$5 per ounce minggu lalu.
Swiss dikabarkan mengekspor lebih banyak emas ke China daratan pada Oktober dibandingkan bulan apa pun sejak Juni 2018.
Tingginya harga saat ini tidak membuat surut minat pada emas batangan di Singapura karena meningkatnya tekanan harga menyebabkan investor membeli emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Sebagian besar investor juga menyadari bahwa emas dan perak berada dalam siklus pasar bull mereka saat ini. Premi di Singapura berada di $1,60 per ons, sementara premium $1 per ons dibebankan di Hong Kong.