Sebuah laporan yang bocor tentang penembakan demonstran di Lagos menyebutkan bahwa tentara Nigeria menembak dengan menggunakan peluru tajam.
Peristiwa itu terjadi di gerbang tol Lekki pada 20 Oktober 2020 ketika massa memprotes kekerasan oleh polisi.
Laporan yang telah diverifikasi oleh tiga sumber tersebut menggambarkan insiden itu sebagai “pembantaian” dan menyarankan agar sejumlah anggota polisi dituntut atas tindakan mereka.
Sebagian besar perwira militer yang dikerahkan ke gerbang tol juga disebut “tidak patut dan layak untuk bertugas”.
Menurut laporan itu, tentara Angkatan Darat Nigeria menembak, melukai, dan membunuh pengunjuk rasa tak bersenjata dalam aksi damai tanpa provokasi.
“…mereka mengibarkan bendera Nigeria dan menyanyikan lagu kebangsaan dan tindakan penyerangan dan pembunuhan dalam konteks itu bisa digambarkan sebagai pembantaian,” tulis laporan itu.
Juru bicara militer, polisi dan pemerintah negara bagian Lagos belum memberikan komentar.
Sebelumnya, pihak militer dan polisi membantah telah menembakkan peluru tajam dalam insiden itu.
Penembakan itu telah menyulut kerusuhan terburuk di Nigeria sejak kembali diperintah oleh kalangan sipil pada 1999.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh aparat keamanan menutupi-nutupi kejadian itu dan melakukan intimidasi pada mereka yang ikut berunjuk rasa.
Intimidasi dilakukan dengan ancaman, penahanan dan pembekuan aset.
Laporan tersebut juga menyebutkan adanya upaya untuk menutupi dan merahasiakan peristiwa itu, termasuk oleh petugas polisi yang memunguti peluru dan badan pemerintah yang membersihkan lokasi kejadian.
Upaya menutupi juga dilakukan oleh anggota militer yang tidak datang saat dipanggil oleh panel yudisial.
Panel itu ditugaskan untuk menyelidiki peristiwa tersebut, termasuk memeriksa pelanggaran oleh Satuan Khusus Anti-Perampokan (SARS) kepolisian.
Disebutkan bahwa para tentara yang dimintai bantuannya oleh pemerintah negara bagian Lagos tidak menaati aturan mereka sendiri.
Mereka memutar balik ambulans dari gerbang tol dengan cara yang “kasar dan tidak manusiawi” sehingga menelan korban jiwa dan luka-luka.
Laporan itu mencatat 48 korban, termasuk 11 orang yang tewas, empat hilang dan diduga tewas, dan sejumlah orang menderita luka tembak.
Sekitar 100 jenazah tak dikenal di Lagos dapat dikaitkan dengan insiden itu, tulis laporan tersebut.
Pemerintah negara bagian Lagos mengatakan pada Senin bahwa mereka akan merilis “buku putih” tentang laporan tersebut dalam waktu dua pekan.
Panel tersebut membuat 32 rekomendasi, termasuk reformasi kepolisian, dana kompensasi dan pembentukan pengadilan khusus HAM.
???????