Sedikitnya 16 anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan keluarganya ditahan di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, kata juru bicara PBB, Selasa (9/11).
Kabar itu diumumkan di tengah laporan bahwa semakin banyak anggota suku Tigray yang ditangkap.
“Kami tentu terus bekerja sama dengan pemerintah Ethiopia agar mereka segera dibebaskan,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada para wartawan di New York.
Dujarric menolak menjawab pertanyaan dari suku mana para staf PBB dan keluarganya yang ditahan itu berasal.
“Orang-orang ini adalah anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa…
mereka warga Ethiopia…., dan kami menginginkan mereka dibebaskan, tak peduli nama suku apa pun yang tertera di kartu identitas mereka.” Komisi HAM Ethiopia, yang dibentuk negara, mengatakan pada Minggu (7/11) bahwa pihaknya telah menerima banyak laporan soal penangkapan terhadap warga suku Tigray di Addis Ababa, termasuk orang tua dan para ibu yang memiliki anak-anak.
Kepolisian Ethiopia membantah melakukan penahanan atas dasar suku tertentu.
Menurut polisi, pihaknya hanya mengincar para pendukung pasukan pemberontak Tigray yang memerangi pemerintah pusat.
Fasika Fanta, juru bicara kepolisian Addis Ababa, maupun juru bicara pemerintah Legesse Tulu mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak punya informasi soal penahanan para anggota staf PBB.
“Orang-orang yang ditahan adalah para warga Ethiopia yang melanggar hukum,” kata Legesse.
Konflik yang telah berjalan selama setahun di Ethiopia utara, antara pemerintah dan pasukan Tigray yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), telah meningkat beberapa pekan belakangan ini setelah TPLF mengarah ke selatan.
Pasukan Tigray dan sekutu-sekutu mereka telah mengancam akan bergerak menuju ibu kota.
Ethiopia pada 2 November menyatakan negara dalam keadaan darurat.
Status tersebut memungkinkan pemerintah menangkap siapa saja, tanpa perintah pengadilan, yang dicurigai bersekongkol dengan kelompok teroris.
TPLF awal tahun ini oleh parlemen dinyatakan sebagai kelompok teroris.
Inggris pada Selasa meningkatkan imbauan agar para warga negaranya segera meninggalkan Ethiopia saat penerbangan komersial masih tersedia.
Imbauan serupa telah dikeluarkan sebelumnya oleh Amerika Serikat pada 5 November.
Zambia pada Selasa telah mengevakuasi para anggota staf nonesensial dari Ethiopia, kata Kementerian Luar Negeri Zambia.