JAVAFX – Berita minyak di hari Rabu(21/2/2018), harga minyak melemah tajam pada perdagangan siang hingga sore hari ini dimana unsur aksi jual kembali berlanjut sejak pagi tadi setelah dolar AS mengalami penguatannya sejak semalam.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Maret di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,57 atau 0,92% di level $61,22 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,56 atau 0,77% di harga $64,75 per barel.
Penguatan dolar AS terjadi hingga sore ini, dan itu berarti impor minyak dunia akan terlihat lebih mahal sisi belinya sebagai konsekuensi dari naiknya nilai dolar AS. Situasi ini sepertinya masih akan bertahan hingga esok hari, demikian menurut penuturan ahli komoditi Reuters Wang Tao, yang memprediksi bahwa harga Brent bisa ke area level di bawah $63 per barel.
Jarak harga antara WTI dan Brent atau biasa dikenal dengan sebutan disparitas harga WTI dan Brent makin menipis, tidak lebih dari $4 per barel, turun dari lebih $7 per barel pada akhir tahun 2017 lalu. Seperti kita ketahui bahwa kondisi disparitas harga yang melebar biasanya akan membawa dampak produksi minyak serpih AS akan meningkat tajam. Biasanya disparitas di atas angka $5 per barel membuat produksi minyak AS akan meningkat tajam.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Maret di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,55 atau 0,89% di level $61,24 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,43 atau 0,66% di harga $64,82 per barel.
Secara umum, pasar minyak tetap di dukung dengan baik karena adanya pembatasan pasokan minyak OPEC. Sekjen OPEC Mohammed Barkindo menyatakan bahwa rata-rata tingkat kepatuhan terhadap komitmen pembatasan pasokan minyak tahun lalu mencapai 107%. Sedangkan awal tahun ini, tingkat kepatuhan sudah naik menjadi 133%.
Barkindo menyatakan bahwa permintaan minyak global di 2018 bisa tumbuh 1,6 juta bph. Mirip dengan pandangan Citigroup bahwa pertumbuhan ekonomi global yang membaik maka akan meningkatkan permintaan konsumsi minyak dunia. Citigroup memperkirakan bahwa 2018 ini, pasokan minyak akan kelebihan pasokan hanya 0,2 juta bph atau bahkan 0 karena sisi permintaan yang meningkat tersebut.
Presiden OPEC yang juga merupakan Menteri Minyak Uni Emirat Arab, Suhail Mohammed al-Mazroui juga menyatakan bahwa titik keseimbangan pasokan dan permintaan akan minyak segera akan seimbang, sehingga dirinya menginginkan investasi di sektor ini harus tetap terjaga.
Namun EIA dalam laporan pekan lalu menyatakan bahwa produksi minyak AS menjadi 10,27 juta bph, sedikit meningkat dibanding sebelumnya 10,24 juta bph. Kapasitas terpasang unit pengolahan minyak mengalami penurunan menjadi 89,8%. Baker Hughes menyatakan bahwa ada 7 rig yang aktif kembali sehingga total rig yang aktif berjumlah 798 buah, jumlah rig terbanyak sejak April 2015.
Inilah yang masih membuat investor khawatir dengan peningkatan pasokan mimyak dari AS. Data EIA dan API baru rilis esok hari setelah adanya libur di awal pekan lalu sehingga jadwal laporan persediaan minyak AS juga ikut mundur sehari.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC