JAVAFX – Berita minyak di hari Senin(5/2/2018), pelemahan harga minyak belum berakhir pada perdagangan siang hingga sore hari ini dimana ada unsur aksi jual lanjutan dari akhir pekan lalu yang terjadi karena investor masih yakin bahwa harga minyak tetap melemah seandainya produksi minyak serpih AS masih tinggi serta dolar AS yang terus menguat.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Maret di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,45 atau 0,69% di level $65,00 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,54 atau 0,79% di harga $68,04 per barel.
Dolar AS atau greenback mengalami penguatannya terhadap mata uang utama dunia setelah data-data tenaga kerja AS mengalami perbaikannya daripada periode sebelumnya sehingga membuat nilai dolar AS menguat. Kondisi ini tentu membuat harga minyak mengalami tekanan kembali mengingat sebagian besar perdagangan minyak menggunakan mata uang AS ini sebagai alat tukar sehingga ada kesan bahwa harga minyak sedang lebih mahal upaya belinya.
Pelemahan harga minyak juga terjadi setelah dalam laporan mingguannya, Baker Hughes telah menyatakan bahwa 6 kilang pengeboran minyak AS telah diaktifkan sehingga total rig yang aktif berjumlah 765, tertinggi sejak Agustus tahun lalu.
Nuansa aksi ambil untung ini memang tidak bisa dihindari karena sejauh ini, dalam perdagangan 5 bulan terakhir kedua harga minyak secara bulanan telah menguat secara berturut-turut hingga Januari di mana minyak Brent telah naik 3,3% dan minyak WTI naik 7,1% dan Januari merupakan permulaan perdagangan tahunan terbaik sejak 5 tahun bagi Brent dan 12 tahun bagi WTI.
Penurunan harga juga terjadi karena EIA pekan lalu menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 44 ribu bph menjadi 9,919 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.
Secara umum, harga minyak tidak terlalu dirisaukan penurunannya karena masih ada dukungan harga berkat pandangan Goldman Sachs di pekan lalu kepada investor bahwa kombinasi antara kepatuhan OPEC dalam menjaga pasokan minyak dunia serta sisi permintaan dunia yang terus meningkat membuat persediaan minyak dunia akan terus menurun pada tahun ini dan dunia membutuhkan sumber-sumber produksi baru untuk memenuhi kebutuhan.
Pandangan Goldman Sachs bahwa harga minyak akan lebih cepat 6 bulan dari perkiraan awal tentang kenaikan harganya dari semula $62 per barel menjadi $75 per barel di 3 bulan mendatang, $82,05 per barel untuk 6 bulan mendatang dan $75 per barel untuk 12 bulan mendatang.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNN Money