7 Hal Penting Sebelum Melakukan Transaksi Hari Ini.

0
115

JAVAFX – Pada perdagangan Selasa (15/01), berikut adalah 7 hal penting yang harus investor ketahui sebelum melakukan transaksi hari ini.

  1. Sentimen utama pasar masih akan berkutat dengan kondisi perekonomian China yang melemah. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Terlebih setelah dari Eropa juga dikabarkan produksi industri mereka juga melemah. Ini menimbulkan pertanyaan apakah stimulus China, yang telah diumumkan, telah cukup untuk menangkal perlambatan besar dalam ekonomi Tiongkok atau tidak efektif. Pada saat yang sama, data tersebut seakan mengkonfirmasi bagimana tekanan kepada China dari Perang Dagang dengan AS memberikan dampak nyata. Dengan demikian, harapan akan tercapainya kesepakatan perdagangan dengan AS, semakin besar meskipun untuk mencapainya akan sulit. Pasalnya, Cina melaporkan bahwa surplus perdagangan mereka mengalami kenaikan pada 2018.
  2. Produksi industri di Zona Euro untuk bulan November turun lebih dari perkiraan. Jatuhnya angka ini mengkonfirmasi lemahnya serangkaian data ekonomi dari kawasan tersebut. Hal ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan pertumbuhan ekonomi kawasan ini selama periode kuartal terakhir. Eurostat memperkirakan produksi industri Zona Euro, anjlok hingga 1.7% di bulan November pasca mencatat kenaikan 0.1% di bulan Oktober.
  3. Selain itu, keputusan Parlemen Inggris terkait masalah BREXIT. Potensi kekalahan PM. Theresa May di Parlemen dalam pungutan suara hari ini sangat dominan. Pemimpin oposisi Inggris, Jeremy Corbyn mengatakan pada hari Minggu, bahwa Partai Buruh akan mendorong pemilihan umum jika Parlemen menolak kesepakatan Mei. Ditambahkan olehnya bahwa Partrainya mungkin akan memaksakan mosi tidak percaya “segera.”
  4. Hari ini ada sejumlah data ekonomi yang akan dirilis dan perlu mendapat perhatian, diantaranya adalah Neraca perdagangan Eropa dam sejumlah indikator inflasi negara-negara anggota zona Euro. Amerika Serikat akan memaparkan angka neraca perdagangannya, yang diperkirakan akan menyempit tipis dengan mengalami penurunan dari defisit 55,50 milyar menjadi 54 milyar.
  5. Pada perdagangan bursa saham sebelumnya, bursa saham AS ditutup lebih rendah karena data perdagangan China yang lebih lemah dari perkiraan. Hal ini memicu kekhawatiran baru akan datangnya perlambatan ekonomi global. Laporan pendapatan perusahaan juga menjadi sorotan investor.
  6. Indek Dolar AS tertekan, terlebih setelah Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell juga ikut memberikan komentar bahwa perekonomian global diperkirakan melambat pada 2019. Setiap pelemahan dari China menambah kekhawatiran naiknya resesi global, tidak peduli seberapa rasional ketakutan itu. Indek dolar AS, turun 0.09% ke 95.18. Indek Dolar AS masih bertahan diatas nilai rata-rata pergerakannya dalam 200 hari terakhir, pada kisaran 94,90.
  7. Sementara dalam perdagangan komoditi, Harga minyak mentah berakhir turun. Ini menandai penurunan kedua secara berturut-turut. Jatuhnya harga dipengaruhi oleh turunnya bursa saham global. Melemahnya perekonomian China yang terindikasi dari data ekonomi terkini yang melemah. Harga Emas di perdagangan bursa berjangka awal minggu ini, Senin (14/01) berakhir naik. Melemahnya Dolar AS dan bursa saham global menjadi pendorong utama kenaikan. Investor melakukan risk aversion dengan memilih emas sebagai aset safe havennya. Pun demikian, target kenaikan harga emas menuju $ 1.300 per troy ons masih belum terjangkau. Kondisi Negeri Tirai Bambu ini jelas menambah ketidakpastian ekonomi selain kenyataan dari Eropa lainnya, bahwa angka produksi industri juga melemah. Investor menduga bahwa kedua wilayah ini telah terpapar praktik Perang Dagang yang dilontarkan AS.(WK)