7 Hal Penting Sebelum Melakukan Transaksi Hari Ini

0
101

Berikut ini merupakan 7 (Tujuh) hal penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan transaksi hari ini, Selasa (19/02) :

  1. Bursa saham Eropa dan Asia ditutup menguat. Dorongan kenaikan dipicu oleh keyakinan pelaku pasar akan masa depan perundingan AS–China dalam menyelesaikan konflik tariff antara mereka. Selanjutnya, pasar memilih untuk menantikan kelanjutan pembicaraan perdagangan di Washington minggu ini. Keyakinan pasar sebelumnya mampu menjadi landasan investor dalam melakukan aksi beli di hari Jumat. Hal ini memberikan dorongan kenaikan pula pada bursa saham AS, sebelum libur panjang. Pasar A.S. tutup pada hari Senin untuk Hari Presiden.
  2. Euro sebelumnya terjebak dalam kisaran perdagangan dilevel terendah sejak bulan November karena pelemahan ekonomi zona euro mengimbangi ekspektasi berkurangnya Federal Reserve akan menaikkan suku bunga AS lagi tahun ini. Tetapi setelah turun ke level terendah tiga bulan pada hari Jumat, euro telah pulih, dibantu oleh permintaan baru untuk aset berisiko berpijak perundingan perdagangan AS-China. Euro bisa melemah dalam beberapa bulan mendatang, dimana Bank Sentral Eropa diperkirakan masih akan mempertahankan kebijakan moneter akomodatif di tengah pertumbuhan yang lambat, inflasi yang hangat dan ketidakpastian politik di zona euro.
  3. Harga emas naik ke level terkuat dalam lebih 10 bulan karena dolar melemah di tengah harapan Amerika Serikat dan Cina mendekati kesepakatan perdagangan.Mmeningkatnya ekspektasi kesepakatan perdagangan tersebut membuat investor beralih dari Dolar AS, kepada aset lain. Harga emas telah naik sekitar 3.3 % . Sementara ekspektasi The Fed akan menghentikan siklus kenaikan suku bunganya, memperkuat kenaikan harga logam mulia. Risalah pertemuan kebijakan Januari Fed akan dirilis pada hari Rabu akan memberikan panduan lebih lanjut tentang kemungkinan atau tidak untuk kenaikan suku bunga tahun ini.
  4. Harga minyak naik kembali dan memperpanjang kenaikannya dalam catatan lima hari berturut-turut. Kenaikan ditopang keyakinan investor bahwa pengurangan pasokan dari OPEC bisa mencegah penumpukan stok minyak. Pun demikian, ada kekhawatiran melemahnya kondisi ekonomi China bisa menahan laju kenaikan harga saat ini. Disisi lain, penguatan pasar saham sedikit mereda setelah data penurunan penjualan mobil di China. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perekonomian China memang sedang dirundung masalah. Akibatnya, sentimen negatif ini menular di pasar minyak. Meski sejumlah analis masih yakin bahwa tren tetap naik saat ini. Sentimen pasar memang masih diwarnai sejumlah isu seperti kebijakan Donald Trump, Brexit, hingga perundingan dagang AS – China yang tidak terduga dan kemungkinan berbagai sanksi pada Libya atau produksi Venezuela.
  5. Investor menunggu hasil pembicaraan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa. Ditengah perpecahan oposisi Partai Buruh Inggris, setelah tujuh politisi berhenti sebagai bentuk protes terhadap kepemimpinan Jeremy Corbyn. Hal ini membuka ruang kompromi bagi Theresa May dalam penyelesaian Brexit di parlemen. Theresa May memimpin upaya diplomatik terakhir untuk membujuk para pemimpin Uni Eropa untuk menyelamatkan perjanjian Brexit saat dia menghadapi pemberontakan dari para menteri Kabinet yang ingin menghentikan Inggris pergi tanpa kesepakatan. Selain memantau berita dan perkembangan Brexit, para pelaku pasar menunggu data penting dari Inggris yaitu data ketenagakerjaan dan upah. Apabila data-data itu memburuk, diperkirakan GBPUSD akan tersungkur kembali.
  6. Surplus neraca berjalan zona euro semakin menyempit pada bulan terakhir 2018, hal ini mencerminkan ekspor yang lebih lemah dan meninggalkannya jauh di bawah level yang tercatat dua belas bulan sebelumnya. Penurunan pada tahun ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan surplus barang, karena ekspor turun dan impor naik dari tahun ke tahun di bulan Desember.
  7. Perlambatan ekonomi Jerman tampaknya tidak berubah menjadi resesi, menurut pernyataan dari bank sentral Jerman, karena kemacetan sementara dalam industri otomotif mereda dan pasar tenaga kerja tetap kuat. Jerman, berusaha menghindari resesi pada akhir tahun lalu karena kinerja perdagangan yang lemah menyeret pertumbuhan, kata kantor statistik negara itu pekan lalu. Bundesbank mengatakan pertumbuhan ekonomi mungkin masih lemah di awal tahun 2019, mencerminkan kepercayaan yang lemah di antara perusahaan-perusahaan yang menavigasi ketidakpastian global mulai dari Brexit hingga konflik perdagangan internasional. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa perlambatan bisa berubah menjadi penurunan. Hal ini dikarenakan produksi dan ekspor mobil secara bertahap pulih dan pasar tenaga kerja yang kuat akan membantu mendukung konsumsi swasta. (WK)