7 Hal Penting Sebelum Melakukan Transaksi Hari Ini

0
80

Berikut adalah 7 (Tujuh ) hal penting yang perlu diketahui sebelum melakukan transaksi pada Jumat (08/02) :

  1. Kabar rencana perundingan Donald Trump dan Xi Jinping, diperkirakan akan molor melewati tenggat waktu tanggal 1 Maret nanti. Hal ini memicu aksi jual di bursa saham AS kemarin. Pelaku pasar merasa kecewa dan khawatir kemungkinan AS akan tetap memberlakukan kenaikan tarif dari 10% menjadi 25 % atas produk China kembali.
  2. Reli Dolar berlangsung mendekati posisi tertinggi dalam dua minggu, ditengah laporan bahwa AS dan China tidak mungkin mengakhiri perang dagang mereka sebelum batas waktu 1 Maret. Ketidakpastian perdagangan cenderung mendukung dolar, yang dianggap sebagai tempat yang aman mengingat ketegangan perdagangan. Indeks Dolar AS, naik ke 96,377. Sebelumnya, pernyataan bernada dovish dari Bank Sentral AS yang memberikan jeda dalam siklus kenaikan suku bunganya, memberikan sentiment negatif bagi Dolar AS. Investor memilih aset yang lebih beresiko jika suku bunga ditahan. Gubernur Bank Sentral AS wilayah Dallas, Robert Kaplan yang dikenal sebagai anggota The Fed yang lebih hawkish, mengatakan bahwa stimulus dari pemotongan pajak 2017 semakin berkurang kekuatannya, sementara kenaikan suku bunga tahun lalu belum juga berpengaruh pada ekonomi.
  3. Harga minyak mentah turun seiring OPEC yang harus menghadapi ancaman Undang-Undang A.S. Kongres AS tengah mendorong maju upaya bagi pemerintah AS untuk menuntut negara-negara OPEC karena menetapkan harga minyak. Kongres telah mengupayakan undang-undang seperti itu di masa lalu tetapi dipandang lebih mungkin untuk lulus kali ini, karena Trump menuduh OPEC memanipulasi harga minyak. “Undang-Undang Kartel Penghasil dan Pengekspor Minyak 2019”, atau Nopec, disetujui oleh komite kehakiman pada hari Kamis. Itu bisa segera menghadapi pemungutan suara oleh DPR. RUU serupa diperkenalkan di Senat dan mendapat dukungan dari kedua belah pihak. Kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global juga membebani komoditas, karena Komisi Eropa memangkas perkiraan untuk pertumbuhan zona euro tahun ini, mengutip ketegangan perdagangan global. Minyak mentah AS berada di $ 52,61 per barel, sementara Brent naik 0,4% menjadi $ 61,89.
  4. Harga emas turun mencatat kerugian kelima berturut-turut. Penguatan Dolar AS mendorong emas turun dan terpanjang sejak Juni 2017. Namun, aksi jual di bursa saham AS dan Eropa, membatasi penurunan lebih dalam. Dolar AS melemah sejak awal tahun ini, kemudian menemukan pijakan dalam pekan ini untuk kembali menguat. Indek Dolar AS naik sekitar 1% dalam sepekan ini, membalik catatan kinerja sepanjang tahun 2019 menjadi positif. Perkembangan nilai tukar mungkin merupakan satu-satunya alasan mengapa emas jatuh sekarang, karena emas dalam mata uang euro masih relatif baik di sekitar € 1.150. Emas masih tetap menjanjikan dengan melihat permintaan yang baik, dimana risiko politik tampaknya akan meningkat lagi.
  5. Bursa saham Asia bergerak di kisaran level tertinggi selama empat bulan ini. Bursa saham Australia sebagai pemain utama sementara dolar Selandia Baru merosot setelah data pekerjaan mengecewakan mendorong investor untuk mempersempit kemungkinan penurunan suku bunga di masa depan. Perdagangan secara keseluruhan masih ringan karena China hingga Jumat besok libur dan tidak ada data ekonomi utama yang dirilis. Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 0,1 persen karena naik ke level tertinggi sejak awal Oktober. Indeks telah naik terus sejak awal Januari karena Federal Reserve AS mengubah nada pada kebijakan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
  6. Bank of England memberikan pandangan suram dalam rilisan data terkini. Meski BOE membiarkan suku bunga tidak berubah, seperti yang diharapkan, ia memotong perkiraan untuk produk domestik bruto Inggris 2019 menjadi 1,2% dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 1,7%, dengan level saat ini mewakili pertumbuhan terlemah sejak 2009 ketika krisis dipicu oleh obligasi hipotek kompleks memberikan pengaruh besar terhadap sistem keuangan global. Belum lagi masalah ketidakpastian Brexit, kini muncul ketidakpastian yang lebih besar atas prospek makro Inggris, dan kebijakan moneter mereka. BOE sendiri masih melihat potensi soft Brexit, di mana Inggris meninggalkan Uni Eropa dengan perjanjian perdagangan, ini sebagai skenario yang paling mungkin. Pun demikian, ekonomi Inggris tampaknya memang ditakdirkan untuk melambat, meskipun ada harapan resolusi perdagangan.  Poundsterling  Inggris dalam perdagangan GBPUSD, serta Indeks FTSE 100 London awalnya tidak menyerap berita dengan tenang. Namun kemudian Poundsterling berhasil pulih setelah jatuh ke posisi terendah, patokan indek saham Inggris kemudian mencatat penurunan terburuk mereka sepanjang tahun ini, dengan turun 1,1%.
  7. Komisi Eropa disisi lain memangkas perkiraan untuk pertumbuhan zona euro 2019 menjadi 1,3% pada 2019, dibandingkan dengan perkiraan pada November kemarin sebesar 1,9%. Perkiraan ini menggarisbawahi adanya pelemahan dalam produksi industri dan manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan di Jerman. Komisi masih mengharapkan pertumbuhan sebesar 0,3% dari angka kuartal-ke-kuartal antara Januari dan Maret 2019. Ini tidak konsisten dengan proyeksi dari sejumlah indikator bisnis lainnya. (WK)