7 Hal Penting Hari Ini

0
111
The Wall Street sign and row of American flags outside the New York Stock Exchange.

JAVAFX – Berikut ini adalah 7 (tujuh) hal penting yang perlu diketahui sebelum melakukan transaksi pada Selasa (07/05) :

  1. Wakil Perdana Menteri Tiongkok dikabarkan akan tetap hadir dalam perundingan perdagangan di Washington. Meski Kementerian Perdagangan China telah mengkonfirmasi bahwa wakil perdana menteri Liu He akan menghadiri perundingan di Washington pada 9-10 Mei, Namun, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Perdagangan Steven Mnuchin bersikeras bahwa China tidak memenuhi komitmen. Oleh sebab itu, rencana untuk menaikkan tarif impor Tiongkok mulai Jumat akan tetap berjalan.
  2. Perdagangan di lantai bursa saham akan berlangsung secara hati-hati dan fluktuatif, oleh ketidakpastian perundingan perdagangan AS – China. Wall Street berakhir di zona merah dalam perdagangan sebelumnya. Meski Dow Jones berhasil mengurangi kerugian dengan naik lebih dari 300 poin. Bursa saham Asia berlangsung sepi dengan kecenderungan penurunan sementara bursa saham Eropa juga berhati-hati, setelah data pesanan pabrik di Jerman yang lemah.
  3. Dalam perdagangan mata uang, meningkatnya ketegangan geopolitik di tengah kekhawatiran AS dan China tetap terkunci dalam sengketa perdagangan membebani pasar. Dolar AS memanfaatkan aliran risk-off, dengan kenaikan dari penurunan diakhir pekan lalu. Indek Dolar AS naik 0,1% ke 97,60. Euro bergerak sideway tetapi tidak mengalami kesulitan untuk pulih dari kerugiannya. Poundsterling sendiri turun setengah persen dan membalikkan sebagian kenaikan yang terjadi di perdagangan hari Jumat. Aussie turun tajam karena kekhawatiran yang muncul kembali seputar perang perdagangan AS – China. Namun, setelah jatuh di 0,6962, pasangan ini melakukan penguatan kembali. Yen Jepang menguat setelah Donald Trump mengancam akan menaikkan tariff impor, memicu aksi jual di seluruh aset berisiko. Mata uang Jepang cenderung diuntungkan selama terjadi tekanan geopolitik atau finansial karena Jepang adalah negara kreditor terbesar di dunia.
  4. Harga minyak tertekan dengan kekhawatiran masalah Iran menjelang laporan data pasokan minyak mentah. Ancaman Trump terhadap kenaikan tarif impor Tiongkok menekan harga minyak, dimana hal ini menghidupkan kembali kekhawatiran bahwa perang dagang akan mengurangi pertumbuhan global dan akibatnya juga permintaan minyak bisa turun.  American Petroleum Institute akan merilis data mingguannya tentang stok minyak mentah AS, diikuti oleh angka resmi pemerintah pada hari Rabu.
  5. Harga emas mendapatkan pijakan setelah investor mencari aset pengaman dari ancaman Trump. Emas di bursa berjangka AS sebagian besar tidak berubah. Sementara dua peristiwa risiko geo-politik seharusnya membantu perdagangan emas lebih tinggi tetapi dolar menguat oleh tindakan dari Trump. Sikap Trump sendiri merupakan perubahan yang besar dibandingkan dengan sikapnya pada minggu lalu di mana ia menyatakan bahwa pembicaraan perdagangan antara kedua negara berjalan “cukup baik”.
  6. Sektor jasa Jerman terus berlanjut pada bulan April, menciptakan lapangan kerja pada tingkat tercepat dalam lebih dari satu dekade dan mengimbangi iklim yang merosot di sektor manufaktur, data dari perusahaan riset Markit yang dirilis pada hari Senin. Indeks PMI sektor jasa naik menjadi 55.7 dari 55.4 pada bulan Maret, hasil ini merupakan tertinggi sejak September, dipimpin oleh pertumbuhan yang kuat di sektor pos dan telekomunikasi.
  7. Pergolakan politik di Turki mendorong lira ke level terendah delapan bulan setelah otoritas pemilihan negara membatalkan hasil untuk pemilihan kota Istanbul baru-baru ini. Keputusan itu memicu protes langsung di jalan di kota terbesar Turki terhadap pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Ini merupakan posisi terburuk sejak September tahun lalu, ketika suku bunga dalam dolar naik tajam dan jadwal pembayaran utang luar negeri yang berat menimbulkan ancaman kegagalan sistem perbankan negara itu. Bank sentral Turki, yang mempertahankan suku bunga tinggi sejak krisis tahun lalu, masih belum mampu menghentikan arus keluar modal asing. (WK)